Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2020

Yang Lebih Luas dari Samudra

Tahukah kau yang lebih luas dan dalam dari samudra? Tak lain, tak bukan Adalah jiwamu, Kekasih

Kumpulan Cerpen Alda Muhsi "Yang Lahir Hilang Menangis"

Buku tunggal kedua saya. Terbit pada November 2019. Berisi 12 cerpen yang ditulis pada kurun waktu 2016-2019. Kuberitahu satu hal padamu, yang lahir dari kegelapan tak selalu kelam, begitu pula yang lahir dari cahaya tak selalu suci.

Catatan Kecil Setelah Membaca Novel Tanah Surga Merah

Judul : Tanah Surga Merah (Novel) Penulis : Arafat Nur Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Cetakan : Cetakan II, November 2019 Tebal : 312 Halaman ISBN : 9786020333359 Mengulas sebuah novel bukan perkara mudah. Apalagi ketika membacanya dalam waktu yang singkat. (Saya membacanya sejak 14 Februari sampai 18 Februari). Oleh karena itu, yang saya lakukan di sini bukanlah mengulas, melainkan lebih dekat ke pandangan atau pendapat yang bisa saya utarakan setelah membaca Tanah Surga Merah karya Bang Arafat Nur. Sedari awal saya sangat menikmati apa yang tersaji. Khususnya ketika Bang Arafat memperkenalkan tokoh-tokoh dalam novelnya. Catatan pertama saya ialah, beliau menyusupkan perkenalan karakter tokoh-tokohnya dalam adegan-adegan sambil lalu. Artinya bukan seperti perkenalan murid baru di depan kelas, yang sengaja diminta memperkenalkan diri sesuai dengan daftar urutan yang berlaku. Dan saya rasa itu begi

Perdebatan Mengenai Radikalisme dan Violent Extremism

Pada sebuah sore menjelang waktu Ashar, saya dan Koordinator Duta Damai Sumut, Fajar Dalimunthe, iseng memperdebatkan kenapa Indonesia masih memakai istilah "Radikalisme" untuk mengacu pada kejahatan terorisme. Padahal dunia telah menyebut dengan istilah "Violent Extremism". Beliau menjelaskan "Radikalisme" merupakan pangkal dari kejahatan tersebut. Bahwa "Radikalisme" yang mendorong orang untuk melakukan penghancuran dan pengrusakan. Jadi, istilah "Radikalisme" sah-sah saja untuk tetap dipakai. Tentu saya punya pendapat berbeda, secara pemaknaan saya kira "Radikalisme" berpusat pada akal pikiran, sedangkan kejahatan terorisme sudah masuk ke dalam ranah perbuatan. Oleh karena itu, pada proses transisi itulah kita mesti menyadari kejahatan itu "Violent Extremism". Lalu kenapa harus diperdebatkan istilah yang sama-sama telah disepakati? Saya hanya ingin menjernihkan kembali istilah "Radikalisme" yang tela