Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2021

Ulasan Roman "Kalau Tak Untung" Karya Selasih

  Foto: Koleksi Pribadi   Menyenangkan sekali membaca karya sastra klasik, salah satunya roman Kalau Tak Untung karya Selasih ini. Ada kenikmatan yang tidak bisa digantikan apabila kita bandingkan dengan karya sastra era sekarang. Salah satunya adalah teknik pengarang menarasikan cerita dan mengemukakan dialog. Terdapat kalimat-kalimat kiasan yang berlaku sebagai nasihat atau petuah pada masa itu. Pengarang sangat pandai meramu pepatah-pepatah itu dan menghadirkannya dalam cerita sehingga tidak ada kesan keterpaksaan, singkatnya "klop". Membacanya bagai menemukan harta karun yang terpendam dalam tanah ratusan bahkan ribuan tahun lamanya. Sangat indah, penuh makna dan sebuah pelajaran penting bagi pembaca. Menjadi pengingat bahwa bangsa kita memiliki bahasa ataupun peribahasa yang sangat kaya, yang lahir dari daerah masing-masing. Kalau Tak Untung berlatar Sumatera Barat, tentu yang banyak tersaji adalah petuah-petuah Minang yang dapat dipedomani hingga sekarang. Konflik ceri

(CERPEN) Mencari Ayah di Ibu Kota

Cerpen ini pertama kali dipublikasikan oleh Harian Rakyat Sumbar, Sabtu, 9 Januari 2021 Mencari Ayah di Ibu Kota Oleh: Alda Muhsi     Tangis menderas menghantam pualam pipi Uli yang tak miliki bendungan. Kulitnya yang mulus dan bentuknya yang tirus membuat air kepedihan itu jatuh menetes-netes di lantai sejauh langkahnya menjejak dari daun pintu menuju kamar tidur. Ibunya yang menyaksikan merajut wajah cemas sembari mengikuti laju tubuhnya. “Kenapa kau, Boru 1 ?” Uli tidak menjawab, mulutnya terkunci lantaran menahan perih. “Apa yang membuatmu begini? Katakanlah.” Tak tega pula ia melihat ibunya menunggu jawaban, tapi tak kuasa ia bercerita. Baru saja ingin menyampaikan sebuah kalimat, banjir luruh menerjang dadanya yang sesak. Ibunya seolah paham, menunda menagih muasal kesedihan yang mendera anak gadisnya. Ia segera meraih tubuh yang lemah dan basah itu untuk bertengger di dadanya yang ringkih. Sambil mengelus-elus punggung gadisnya yang pilu, ia pun mendesiskan rayuan