Foto: Koleksi Pribadi |
Menyenangkan sekali membaca karya sastra klasik, salah satunya roman Kalau Tak Untung karya Selasih ini. Ada kenikmatan yang tidak bisa digantikan apabila kita bandingkan dengan karya sastra era sekarang. Salah satunya adalah teknik pengarang menarasikan cerita dan mengemukakan dialog. Terdapat kalimat-kalimat kiasan yang berlaku sebagai nasihat atau petuah pada masa itu. Pengarang sangat pandai meramu pepatah-pepatah itu dan menghadirkannya dalam cerita sehingga tidak ada kesan keterpaksaan, singkatnya "klop".
Membacanya bagai menemukan harta karun yang terpendam dalam tanah ratusan bahkan ribuan tahun lamanya. Sangat indah, penuh makna dan sebuah pelajaran penting bagi pembaca. Menjadi pengingat bahwa bangsa kita memiliki bahasa ataupun peribahasa yang sangat kaya, yang lahir dari daerah masing-masing. Kalau Tak Untung berlatar Sumatera Barat, tentu yang banyak tersaji adalah petuah-petuah Minang yang dapat dipedomani hingga sekarang.
Konflik cerita pada roman ini masih berputar pada persoalan cinta terlarang, kasih tak sampai, jodoh-menjodohkan, yang menyajikan bagaimana karakter orangtua terhadap anaknya, respon anak lelaki terhadap putusan orangtuanya, reaksi perempuan terhadap keadaan, sikap perempuan yang mencintai diam-diam. Walaupun ejaan yang dipakai masih dengan ejaan lama yang membuat pembaca sekarang meraba-raba maksud, namun pengaruh adat dan kebudayaan yang sangat kental membuat tidak ada tapal pembatas antara pembaca dan roman ini. (Alda Muhsi, 2021)
Komentar
Posting Komentar