Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2021

Tips Menulis Cerita yang Bagus

            Oleh: Alda Muhsi Beberapa teman atau mahasiswa yang baru belajar menulis dan coba-coba peruntungan menjadi penulis datang kepada saya untuk bertanya beberapa hal seputar dunia kepenulisan. Pertanyaan dari beberapa orang yang datang itu kebanyakan pertanyaan praktis daripada teoretis. Maklum, mereka juga tahu kalau saya bukanlah seorang akademisi. Hihihi. Bila diringkas dan disimpulkan pertanyaan yang diajukan kira-kira begini: Bagaimana sih cara menulis cerita yang bagus? Kalau ada bagi tipsnya dong. Rata-rata bertanya seperti itu. Tentu saja setiap penulis punya cara sendiri dalam menulis cerita yang bagus, mulai dari pemilihan tema dan diksi, hingga gaya bercerita. Berhubung saya bukanlah akademisi, maka saya akan sampaikan jawaban secara praktis pula, yaitu sebagai berikut. 1. Tentukan siapa pembaca. 2. Tulislah apa yang bermanfaat (dibutuhkan) pembaca. 3. Tulislah dengan gaya ungkap yang mudah ditangkap dan dipahami pembaca Anda. 4. Tawarkan dialektika yang membuat pemb

Ulasan Seribu Kunang-Kunang di Manhattan karya Umar Kayam

  Oleh: Alda Muhsi Membaca teks sastra bagi saya tujuannya bukan hanya untuk mencapai kepuasan batin. Ada harapan untuk mendapatkan informasi baru atau informasi dengan sudut pandang lain yang belum saya ketahui sebelumnya. Kedua hal di atas saya dapatkan secara lengkap ketika membaca Kumpulan Cerpen Seribu Kunang-Kunang di Manhattan ini. Oleh karena itulah saya sangat senang membacanya, apalagi saya adalah pembaca baru “Umar Kayam”. Ada perasaan menyesal kenapa baru sekarang membacanya, coba dari dulu! Ya tapi segala yang terjadi pasti dengan alasan dan waktu yang tepat. Menurut pembacaan saya yang singkat, dalam buku ini Umar Kayam menggunakan gaya ungkap apa adanya. Terkesan polos dengan memakai bahasa sehari-hari. Mungkin ini menjadi salah satu faktor pembaca begitu menikmatinya. Beliau memang mengangkat latar cerita yang jauh (Amerika), namun konflik dan gaya bahasa yang dituliskankannya menjadikan cerita-cerita dalam buku ini seolah tidak berjarak. Dalam kesederhanaan gaya

Ulasan Kumpulan Cerpen Sampan Zulaiha Karya Hasan Al Banna

Oleh: Alda Muhsi   Antologi Cerpen Sampan Zulaiha karya Hasan Al Banna memuat 14 cerpen yang keseluruhannya telah dimuat di berbagai media. Antara lain: Kompas, Suara Merdeka, Analisa, Andalas, Majalah Tapian, Waspada, Majalah Horison, dan Jurnal Cerpen Indonesia. Kalau boleh merangkum keempatbelas cerpen tersebut, rata-rata menceritakan persoalan kehidupan rumah tangga yang pelik, beredar di sekitar kita, terasa dekat, namun tidak klise dan hambar karena dihuni oleh tokoh-tokoh yang berkarakter kuat dan gaya bercerita (pilihan kata dan gaya ungkap) yang sangat indah. Ada yang bilang seperti bahasa puisi. Tapi memang begitulah sastra, teks yang berisi nilai-nilai kehidupan yang luhur yang disajikan dengan bahasa estetis. sehingga dengan membacanya para pembaca mendapat pengetahuan dan pemahaman baru (lain) dalam menjalani kehidupan yang fana ini. Kelebihan lain atau bisa dikatakan ciri khas dari antologi cerpen ini adalah tema yang diusung, yaitu perihal lokalitas. Hasan Al Banna tidak