Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2017

Hari Puisi Indonesia Medan

Pergelaran Hari Puisi Indonesia tiba juga di Medan. Acara ini akan berlangsung di Gedung Utama Taman Budaya Sumatera Utara pada Rabu, 30 Agustus 2017 mulai pukul 19.00 WIB sampai dengan selesai.  Pergelaran ini akan diisi oleh pertunjukan baca puisi, visualisasi puisi, musikalisasi puisi, dan peluncuran buku. Peserta yang hadir berasal dari berbagai kota, seperti Medan, Binjai, Takengon, Deli Serdang, Jakarta, Pekanbaru, Langkat, Barus, dan Bukit Tinggi. Selain itu akan hadir pula beberapa komunitas menulis dan sastra antara lain, Gelanggang Kreasi Seni Indonesia (GENERASI), Sanggar Bahtera SMA Negeri 6 Medan, Sanggar Rumput Hijau Binjai, Fokus UMSU, KSI Medan, dan KSI Deli Serdang. Bagi kawan-kawan yang berdomisili di Medan dan mencintai puisi rasanya acara ini begitu sayang untuk dilewatkan. Karena acara ini terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya. Mari ikuti dan saksikan. Semoga dengan adanya acara-acara seperti ini membuat geliat sastra semakin menggelora. Memancing

Peluncuran Antologi Puisi Ayu Harahap - Masa Silam Rahimmu

pada masa silam di rahimmu cinta adalah kenikmatan menghisap ibu jari sekalipun hari cuma ditandai gelap tak ada yang akan tersesat (Penggalan puisi Ayu Harahap - Masa Silam Rahimmu) Pertama-tama saya ucapkan selamat kepada Penyair Ayu Harahap yang telah menerbitkan atau melahirkan anak pertamanya berupa Antologi Puisi yang berjudul Masa Silam Rahimmu (terbitan Obelia Publisher). Tentu saja sebuah proses yang panjang telah dilewati beliau. Hingga pada saatnya, Rabu, 30 Agustus 2017 bertempat di Aceh Corner Cafe (Komp. MMTC Pancing Medan) akan dilaksanakan peluncuran sekaligus bedah buku. Para pembedah yang sudah tidak asing lagi yaitu Bapak Yulhasni dan Abang Dani Sukma AS.  Acara peluncuran ini akan diisi pula dengan pertunjukan baca puisi dan musikalisasi puisi oleh kawan-kawan Fokus UMSU. Acara ini terbuka untuk umum, gratis tanpa dipungut biaya apa pun, bahkan kabarnya para undangan yang hadir akan disuguhi segelas Sanger Mini spesial dari Kafe Aceh Corner.

[ESAI] Paham Animisme dalam Cerpen Lelaki Ompol Karya Encep Abdullah

Esai saya membahas cerpen Lelaki Ompol karya Encep Abdullah. Pertama kali dipublikasikan oleh Harian Sumut Pos edisi Minggu, 20 Agustus 2017. Silakan membaca, barangkali dapat berdiskusi. Foto oleh Annisa Tri Sari Melihat judul cerpen Encep Abdullah, yang sekaligus menjadi judul buku terbarunya, Lelaki Ompol, membawa imajinasi kita terbang ke dua arah. Setidaknya itu yang sepintas terjadi kepada saya. Lelaki yang suka mengompol. Itulah yang pertama kali ada dalam benak saya. Ternyata salah. Lelaki Ompol adalah wujud seorang lelaki tua yang suka meminum ompol cucunya sebagai resep awet muda yang didapatkannya melalui mimpi. Seperti kisah-kisah yang lain, Encep Abdullah sepertinya senang menawarkan hal-hal absurd ke dalam cerita yang ia buat. Tentu saja hal-hal absurd yang dapat diterima karena disertai uraian-uraian yang membuat kita memahaminya. Hal-hal yang secara nyata tidak mungkin terjadi tapi pada suatu kesempatan (keadaan) itu bisa saja terjadi. Hal absurd yang d

KATA-KATA MOTIVASI

Saya menulis ini bukan maksud untuk menggurui, hanya saja sebagai pengingat kepada diri sendiri. Jika tidak sengaja bermanfaat bagi teman-teman pembaca, saya hanya bisa ucapkan Alhamdulillah. Pertama kali dipublikasikan oleh Harian Analisa Rubrik Taman Remaja Pelajar edisi Minggu, 23 Juli 2017. Foto Jepretan Ade Irma Yanthi Percayalah ketika kita sedang sendiri bersandar karena lelah, saat itu masih ada harapan yang menemani, ia selalu berbisik, “Bangkit, coba lagi!” Bagaimana caranya untuk bangkit dan bergerak? Pertama kali yang harus ditentukan adalah tujuan. Ke manakah tujuan kita? Lalu cari jalan menuju ke sana, dan fokuslah. Kebahagiaan itu berawal dari pikiran, lalu hati yang ikhlas dan penuh syukur.   Semua masalah bisa diatasi. Jangan mau dikontrol keadaan karena kitalah yang berhak mengontrolnya.   Jangan membandingkan kehidupan kita dengan orang lain. Ingatlah kita hidup bukan untuk lebih baik dari orang lain. Kita hidup untuk memperbaiki diri sendiri hari demi

[PUISI ALDA MUHSI] JULI BERAKHIR, KASIH

Puisi ini pertama kali dipublikasikan oleh Harian Analisa edisi Rabu, 2 Agustus 2017. Ilustrasi: Irfan Alma JULI BERAKHIR, KASIH /1 Kalau kau sedang di beranda bersamaku ataupun di tempat berbeda lihatlah bulan malam ini adakah kau tampak ia segaris cahayanya redup bagai lilin pada batang terakhir membakar tubuh menyisip rongga angin sudahlah, malam akan semakin padam jejak-jejak menjadi buta kita tak dapat lagi menampung asa SSSK, Juli 2017 JULI BERAKHIR, KASIH /2 Sebentar lagi Juli berakhir, kasih adakah yang tertunda untuk kau katakan? sebelum aku memanjangkan jarak merentangkan ribuan kepingan rindu di halaman kita mengubur segala kenang, agar berbuah ranum harum mengisi kesepian SSSK, Juli 2017 JULI BERAKHIR, KASIH /3 Aku tak punya saran apa-apa setelah kau putuskan untuk tak banyak bicara aku tak sekadar ingin mencapai sisimu pada satu pagi yang dingin namun, batas-batas telah terpasang lepas hujan yang membekukan jarak kita sembu