Puisi ini pertama kali dipublikasikan oleh Harian Analisa edisi Rabu, 2 Agustus 2017.
Ilustrasi: Irfan Alma |
JULI
BERAKHIR, KASIH /1
Kalau kau sedang di beranda
bersamaku ataupun di tempat berbeda
lihatlah bulan malam ini
adakah kau tampak ia segaris
cahayanya redup
bagai lilin pada batang terakhir
membakar tubuh
menyisip rongga angin
sudahlah, malam akan semakin padam
jejak-jejak menjadi buta
kita tak dapat lagi menampung asa
bersamaku ataupun di tempat berbeda
lihatlah bulan malam ini
adakah kau tampak ia segaris
cahayanya redup
bagai lilin pada batang terakhir
membakar tubuh
menyisip rongga angin
sudahlah, malam akan semakin padam
jejak-jejak menjadi buta
kita tak dapat lagi menampung asa
SSSK, Juli 2017
JULI
BERAKHIR, KASIH /2
Sebentar lagi Juli berakhir, kasih
adakah yang tertunda untuk kau katakan?
sebelum aku memanjangkan jarak
merentangkan ribuan kepingan rindu
di halaman
kita mengubur segala kenang, agar berbuah ranum
harum mengisi kesepian
adakah yang tertunda untuk kau katakan?
sebelum aku memanjangkan jarak
merentangkan ribuan kepingan rindu
di halaman
kita mengubur segala kenang, agar berbuah ranum
harum mengisi kesepian
SSSK, Juli 2017
JULI
BERAKHIR, KASIH /3
Aku tak punya saran apa-apa
setelah kau putuskan untuk tak banyak bicara
aku tak sekadar ingin mencapai sisimu
pada satu pagi yang dingin
namun, batas-batas telah terpasang
lepas hujan yang membekukan jarak kita
sembunyikanlah kata-katamu
dari telingaku yang mencari keteduhan
yang mencari sandaran
setelah kau putuskan untuk tak banyak bicara
aku tak sekadar ingin mencapai sisimu
pada satu pagi yang dingin
namun, batas-batas telah terpasang
lepas hujan yang membekukan jarak kita
sembunyikanlah kata-katamu
dari telingaku yang mencari keteduhan
yang mencari sandaran
SSSK, Juli 2017
JULI
BERAKHIR, KASIH /4
Juli berakhir, kasih
bersama kepergian
dan langkah berlawanan
SSSK, Juli 2017
bersama kepergian
dan langkah berlawanan
Komentar
Posting Komentar