Langsung ke konten utama

PUISI ALD MUHSI, MEDIA INDONESIA 8 MARET 2015

DOA TAHAJJUD

dalam Tahajjud ini aku berdoa
semoga semakin dekat denganMu
dan menghabiskan sisa usia bersama dengan mesra
walau dibatasi langit berlapis-lapis
adakah angin surgawi mengantarkanku untuk perjumpaan kita
aku akan menantinya
selayak pangeran menantikan putri
Medan, 2015

JENDELA KACA

Kasih, aku terkurung dalam jendela kaca. Maaf atas kealpaan siang ini. Aku hanya ingin tahu seberapa besar nadimu bergetar saat menantikanku. Melalui hembusan angin yang mengatupkan bunga-bunga di tepi jalan.

Kasih, aku terkurung dalam jendela kaca. Bukan aku sengaja melupakan janji kita. Hanya saja mentari yang membiaskan sinarnya terus merayu agar aku tak keluar dari balik jendela kaca ini. Belum lagi jejak-jejak di tanah, arahnya sudah tak terlihat.

Kasih, aku terkurung dalam jendela kaca. Hanya bisa berucap-ucap agar kau setia. Maaf, bukan aku lebih memilih berada di sini ketimbang mencari jalan keluar untuk menemuimu. Namun Kasih, kau harusnya paham di sini aku sedang menata hati dan berbenah diri. Sampai jendela kaca ini terbuka dengan sendirinya menyambut kesiapanku dengan langkah yang sempurna.

Kasih, aku terkurung dalam jendela kaca. Masihkah kau menanti? Kuharap begitu.
Medan, 2015


BISIKAN ANGIN

Pernahkah angin membisikkanmu tentang kejenuhan?
kapan?
Lantas kau dengan sengaja segera melupakannya
atau sama sekali tak pernah

Kemarin angin mendatangiku yang tengah duduk beralas ijuk dipangku halaman
ia membisikkan segala resah yang terus terasah di sepanjang langit menjatuhkan tangis
juga di kala gunung memuntahkan debu di atas pepohonan
menyebabkan paru-parunya koyak

Tak sampai di situ
rembulan tak pernah hadir di saat malam
membawa dirinya pada kebutaan
bumi tak bercahaya
gelap gulita
langkahnya tersesat dan terjerumus pada lautan dalam
di sana ia berjumpa ikan beranak-pinak sembunyi di balik pecahan karang yang menjadi tujuh
terdengar pula mereka terbatuk-batuk
menahan sesaknya insang menyaring air yang tak lagi berwarna biru

Pernahkah angin membisikkanmu tentang kejenuhan?
kalau belum nantilah tengah malam
di balik rumput yang memudar
                                                Medan, 2015

EMBUN DI MATAMU

lewat binar matamu aku dapat berkaca
embun-embun yang hinggap di sana
juga kuncup bunga-bunga layu tanpa mahkota
tak kau bawa sesimpul tawa ataupun sesungging senyum
kepulangan serasa hampa
adakah yang ingin kau ceritakan?
sebab aku tak pandai menerka arti
embun-embun di kelopak matamu

                                                                Medan, 2015

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Syarat Pindah Alamat Berlangganan Indihome

sumber: google   Masa kontrakan habis, mau pindah ke kontrakan baru, tapi gimana dengan layanan indihome yang sudah terpasang? Tentu saja kita ingin memindahkan perangkat tanpa harus ada embel-embel pasang baru agar terhindar dari biaya pasang yang bernilai Rp 150.000,00 (seratus lima puluh ribu rupiah). Itulah kemauan kita, tapi berbeda dengan aturan yang ditetapkan oleh pihak Telkom. Kejadian itu menimpa saya. Beberapa hari yang lalu saya berkunjung ke Plaza Telkom Jalan Putri Hijau Medan dengan tujuan untuk memindahkan perangkat i ndihome saya dari kontrakan lama ke kontrakan baru. Setelah naik ke lantai 2 (kantor pelayanan) saya mengantre beberapa saat, tidak pakai selembaran kertas nomor antrean, katanya mereka pakai sistem digital, pelanggan hanya dipotret, dan nanti tiba gilirannya CS akan menghampiri (sebuah inovasi pelayanan dan langkah bijak untuk menghemat pemakaian kertas). Tiba giliran saya untuk mengadu persoalan saya. Namun, jawaban sang CS tidak bisa menenteramkan hati,

[CERPEN ANAK] PR Feby

Akhirnya Redaktur Taman Riang Harian Analisa berkenan kembali mempublikasikan cerpen anak saya. Cerpen ini saya kirim bulan Oktober 2017 dan baru diterbitkan edisi Minggu, 7 Januari 2018.  Terima kasih saya haturkan, dan semoga berkenan menerbitkan cerpen-cerpen selanjutnya. Hehehe... Ayo menulis cerita anak untuk menyelamatkan anak-anak dari serangan game online dan medsos yang melumpuhkan akal. Ilustrasi: Analisa Oleh Alda Muhsi Feby merupakan murid kelas 2 sekolah dasar di SD Negeri 011. Setiap hari gurunya selalu memberikan PR dengan alasan untuk melatih daya ingat, dan membiasakan agar murid-muridnya rajin belajar. Dalam kelasnya, Feby termasuk murid yang rajin mengerjakan PR. Tak pernah sekalipun ia luput dari PR-nya. Feby telah dibiasakan orang tuanya agar sepulang sekolah harus menyelesaikan PR. Berbeda dari biasanya, hari ini sepulang sekolah Feby diajak Amanda untuk berkunjung ke rumahnya. Amanda merupakan seorang murid baru, pindahan dari Jakarta. Feby ya

Teja Purnama, Sosok Penyair Kota Medan

(Catatan ini ditulis pada tahun 2012 oleh Alda Muhsi, Ferry Anggriawan, dan Sari Uli Octarina Panggabean semasa kuliah saat bertemu di Taman Budaya Sumut) Teja Purnama Lubis, lahir di Medan pada tanggal 19 Januari 1973. Anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Asmara Kusuma Lubis dan Rosmiati. Yang kini berdomisili di jalan Karya gang Suka Damai no. 5-H Kecamatan Medan Barat. Mempunyai tiga orang anak dengan istri Awalina Nasution. Modal awal menjadi seorang penyair baginya adalah membaca. Sewaktu kecil, kakek dan ayahnya banyak meninggalkan buku sastra lama. Setiap minggunya ia juga disuguhkan majalah anak-anak seperti Majalah Bobo. Ia pun tak menyangka pada akhirnya setelah memasuki SMP, ternyata ia mencintai dunia sastra. Hal itu terlihat bahwa pada masa SMP ia telah hobi membaca puisi. Hal ini juga berlanjut pada masa SMA hingga kuliah setiap perlombaan baca puisi ia pasti mendapatkan juara 1. Setelah membaca puisi, ia juga menyalurkan bakatnya lewat tulisan ka