Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2016

Resensi Buku Empat Mata yang Mengikat Dua Waktu oleh Rosni Lim

(Dimuat Harian Analisa, Rabu, 20 Juli 2016) Judul : Empat Mata yang Mengikat Dua Waktu Pengarang : Alda Muhsi Penerbit : Ganding Pustaka Cetakan : ke-1, 2016. Tebal : 106 halaman Ukuran : 13,5 cm X 20 cm ISBN : 978-602-74238-3-1 Empat Mata yang Mengikat Dua Waktu adalah buku kumpulan cerpen yang berisi 20 cerita. Cerita-cerita dalam buku ini memuat ber­bagai realitas kehidupan masyara­kat kita saat ini yang seringkali terasa miris, namun tidak mampu kita untuk melawan/mengubahnya hingga pada akhirnya menghasilkan suatu sentu­han yang menggigit. Negeri Lucu misalnya, sebagai pembuka cerita cukup berhasil mem­bawa kita melihat realitas keadaan ne­geri yang miris. Zaman sekarang, jarang yang hendak menjadi guru karena gajinya kecil. Mereka lebih memilih menjadi artis yang bisa mem­beli Mercy dalam sekejap. Ba­nyak yang ingin terkenal dan eksis di tele­visi, koran, bahkan medsos de­ngan jalan singkat tapi tak masuk akal. Banya

Ulasan Annisa Tri Sari Terhadap Cerpen Empat Mata yang Mengikat Dua Waktu

IMAJINASI PEMBACA TERHADAP CERPEN “EMPAT MATA YANG MENGIKAT DUA WAKTU” Oleh Annisa Tri Sari* (dimuat Harian Waspada Kolom Budaya edisi Selasa, 19 Juli 2016) Membaca ulasan Julaiha S terhadap cerpen Empat Mata yang Mengikat Dua Waktu karya Alda Muhsi di Harian Waspada kolom Budaya edisi Selasa, 12 Juli 2016, rasanya menggelitik perasaan saya untuk turut terjun dalam pembahasannya. Setidaknya ada empat poin penting yang saya temukan pada ulasan Julaiha S tersebut. Keempat poin itu akan saya paparkan di bawah ini. Pertama, Julaiha S mengatakan bahwa ketika membaca cerpen diperlukan adanya imajinasi pembaca untuk memberikan gambaran mengenai isi cerpen. Ini tepat sekali, mengingat cerpen merupakan karya fiksi yang akan membawa kita mengarungi dunia baru, dunia khayal yang menawan. Jika tidak memiliki imajinasi yang tinggi untuk mengimbangi karya cerpen, mau dibawa ke mana cerita-cerita yang kita baca. Kaitannya dengan cerpen Empat Mata yang Mengikat Dua Waktu karya Alda Muhsi

Ulasan Julaiha S. Terhadap Cerpen Empat Mata yang Mengikat Dua Waktu

Empat Mata yang Mengikat Dua Waktu (dimuat Harian Waspada Kolom Budaya edisi Selasa, 12 Juli 2016) Oleh: Julaiha S.             Memahami defenisi cerpen, tentu bukan hal yang sulit ketika pembaca menekuni maksud dalam bacaannya. Tentu menjadi hal yang sulit ketika hendak menuliskan sebuah cerpen sesuai dengan konversi perasaan dan lingkungan sosial. Cerpen kerap dikaitkan dengan kehidupan pribadi, pengalaman-pengalaman orang lain serta kehidupan sosial yang dianggap menarik untuk dijadikan cerpen. Membuktikan kekuatan dalam membangun cerpen, perlu adanya referensi yang cukup serta menambah warna dari cerpen itu sendiri. Namun tetap punya karater yang dapat dijadikan identitas si penulis dalam menuliskan karya sastranya (cerpen).             Perlu diketahui pula, membaca cerpen perlu adanya imajinasi dari si pembaca untuk memberikan gambaran mengenai isi cerpen. Tidak sekadar penulis yang dituntut untuk berfikir imaji, pembaca yang baik tentu akan melibatkan imajinasinya da

Tanggapan Pembaca Empat Mata yang Mengikat Dua Waktu

Empat Mata yang Mengikat Dua Waktu, buku kumpulan cerpen karya Alda Muhsi, yang secara jujur menuliskan kegelisahannya terhadap realitas kehidupan. Ada rasa marah, kecewa, sakit hati, rasa rindu dan cinta, tergambar dalam buku ini. Meski di awal, cerita dibuka dengan Negeri Lucu, gaya bercerita Alda masih belum menemukan bentuk, narasinya hampir seperti uraian dalam sebuah artikel, tapi untunglah pada bagian berikutnya, Alda bisa menemukan gaya bertutur yang enak untuk dibaca dan yang terpenting, ada pesan yang ia sampaikan. Bukankah setiap penulis punya pesan yang ingin ia sampaikan lewat tulisan? Pun begitu juga dengan Alda. Saya "menangkap" pesan itu seutuhnya. Memang negeri ini lucu seperti pertunjukan kuda kepang. Selamat Alda, kamu sudah memulai dan jangan pernah berhenti, meskipun seringkali penulis itu tidak dibayar. Hahaa, bodo amat! (ONET ADITHIA RIZLAN) Hujan malam ini terasa lebih syahdu dari biasanya. Ditemani rangkaian kata dalam "Empat Mata yang Mengikat D

Kumpulan Cerpen Alda Muhsi "Empat Mata yang Mengikat Dua Waktu"

Kabar gembira itu datang tepatnya akhir bulan Mei 2016. Hari kelahiran karya pertama Alda Muhsi dalam antologi cerpen tunggal yang berjudul, "Empat Mata yang Mengikat Dua Waktu." Terdapat 20 cerita dikemas dengan berbagai tema yang sangat dekat dengan kehidupan kita. Tema sosial, percintaan, dan alam lebih dominan mengisi buku kumpulan cerpen tersebut. Sebagaimana biasanya karya-karya Alda Muhsi tak dapat lekang oleh tema-tema tersebut. Karya ini muncul dengan semangat pegiat sastra. Bagaimana mungkin sesosok alumni Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Medan, salah satu terbaik di Indonesia, tak mempunyai karya yang layak untuk dikonsumsi masyarakat luas. Bergerak dari situ, penulis melepaskan keresahannya dengan karya-karya yang diharap dapat membakar semangat teman-teman lainnya untuk melakukan hal serupa. Buku kumpulan cerpen Empat Mata yang Mengikat Dua Waktu diterbitkan oleh Penerbit Ganding Pustaka Yogyakarta. Bagi teman-teman yang penasaran untuk memb