Empat Mata yang Mengikat Dua Waktu, buku kumpulan cerpen karya Alda Muhsi, yang secara jujur menuliskan kegelisahannya terhadap realitas kehidupan. Ada rasa marah, kecewa, sakit hati, rasa rindu dan cinta, tergambar dalam buku ini. Meski di awal, cerita dibuka dengan Negeri Lucu, gaya bercerita Alda masih belum menemukan bentuk, narasinya hampir seperti uraian dalam sebuah artikel, tapi untunglah pada bagian berikutnya, Alda bisa menemukan gaya bertutur yang enak untuk dibaca dan yang terpenting, ada pesan yang ia sampaikan. Bukankah setiap penulis punya pesan yang ingin ia sampaikan lewat tulisan? Pun begitu juga dengan Alda. Saya "menangkap" pesan itu seutuhnya. Memang negeri ini lucu seperti pertunjukan kuda kepang. Selamat Alda, kamu sudah memulai dan jangan pernah berhenti, meskipun seringkali penulis itu tidak dibayar. Hahaa, bodo amat!
(ONET ADITHIA RIZLAN)
Hujan malam ini terasa lebih syahdu dari biasanya. Ditemani rangkaian kata dalam "Empat Mata yang Mengikat Dua Waktu" karya anak Medan @aldamuhsi
Kata-kata yang mengikat mata untuk tak berpaling dari buku setebal 105 halaman ini. Rasanya begitu mudah terpikat dengan beragam cerita Alda Muhsi dan ilustrasi kaya makna milik @sejatiayuputri
Paling suka liat orang yang punya semangat berkarya, apalagi jika yang melakukan itu anak muda, sudah tentu bangga dan harus diapresiasi.
(BUDIAH SARI SIREGAR)
Empat mata yang mengikat dua waktu. Menatap tajam satu yang dituju. Membelenggu rindu tak beranjak. Kepergian hanya langkah yang berbekas tak hanya jejak. (Antologi cerpen empat mata yang mengikat dua waktu -alda muhsi) cerpen-cerpen yang sarat konvensi kehidupan nyata.
(SISI ROSIDA)
Memang agak terasa, cerpen Alda yang sudah pernah diterbitkan media sama yang enggak. Yang enggak diterbitkan media ceritanya terkesan dipaksa. Dialognya terkesan hanya untuk memenuhi jumlah karakter. Mohon maaf, tapi memang itulah yang saya rasakan. Oya, tulisan kumcernya juga agak kecil. Jadi kurang puas bacanya.
(ONET ADITHIA RIZLAN)
Hujan malam ini terasa lebih syahdu dari biasanya. Ditemani rangkaian kata dalam "Empat Mata yang Mengikat Dua Waktu" karya anak Medan @aldamuhsi
Kata-kata yang mengikat mata untuk tak berpaling dari buku setebal 105 halaman ini. Rasanya begitu mudah terpikat dengan beragam cerita Alda Muhsi dan ilustrasi kaya makna milik @sejatiayuputri
Paling suka liat orang yang punya semangat berkarya, apalagi jika yang melakukan itu anak muda, sudah tentu bangga dan harus diapresiasi.
(BUDIAH SARI SIREGAR)
Empat mata yang mengikat dua waktu. Menatap tajam satu yang dituju. Membelenggu rindu tak beranjak. Kepergian hanya langkah yang berbekas tak hanya jejak. (Antologi cerpen empat mata yang mengikat dua waktu -alda muhsi) cerpen-cerpen yang sarat konvensi kehidupan nyata.
(SISI ROSIDA)
(MUFTIROM FAUZI ARUAN)
Secara struktural penulisannya masih berantakan, terlalu banyak kata-kata yang diulang. Alda Muhsi harus lebih memperkaya kosakata dan memahami struktur bahasa. Tapi kemenangannya adalah pada tema yang diangkat. Ada banyak variasi dan ragam tema yang terdapat dalam kumpulan cerpen ini. Itulah yang membuat buku ini punya banyak warna.
(KHAIRUL ANAM)
Cerpen-cerpen Alda Muhsi saya tangkap sebagai pergolakan batin yang dituangkan ke dalam tulisan. Kata-kata yang ditulis mengalir begitu saja yang membuatnya enak untuk dibaca.
(DANI SUKMA AS)
Komentar
Posting Komentar