Opini Alda Muhsi dimuat Harian Analisa, Kamis, 15 September 2016
Demam warkop saat ini sedang menjangkit siapa saja dari kalangan mana
saja. Tua, muda, laki-laki maupun perempuan tengah memadati bioskop
untuk menyaksikan Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss Part 1 yang
ditayangkan serentak di bioskop seluruh Indonesia mulai Kamis, 8
September 2016.
Ide cerita yang sama namun dengan warna dan nuansa berbeda, sedikit lebih modern dan para tokoh baru tapi tak mengurangi esensi orisinalitas Warkop DKI. Abimana Aryasatya, Vino G. Bastian, dan Tora Sudiro berhasil membangkitkan kembali ingatan kita pada Warkop DKI. Aksi panggung mereka di depan kamera yang membawakan peran Dono, Kasino, dan Indro itu terbukti mampu menebus kerinduan kita terhadap Warkop DKI, yang namanya kian mencuat sejak tahun 80-an hingga 90-an, bahkan sampai sekarang.
Sejak penayangan pertama pada Kamis, 8 September 2016 tercatat film Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss Part 1 ini ditonton sebanyak 270.000 penonton, sementara hari kedua mencapai 400.000 penonton, dan pada hari ketiga telah memperoleh 1.000.000 penonton. Hal ini membuat film Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss Part 1 memecahkan rekor dalam kategori jumlah penonton terbanyak untuk penayangan perdana.
Alur cerita dalam film Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss Part 1 ini merupakan gabungan dari beberapa film Warkop DKI terdahulu. Film yang menjadi inspirasi utama yakni IQ JONGKOK (1981), SETAN KREDIT (1981) dan CHIPS (1982).
Selain menampilkan lawakan cerdas dan pedas, yang notabene adalah ciri khas dari Warkop DKI, film ini juga membawa kita untuk memutar kembali memori kita terhadap film-film warkop DKI yang dahulu. Ada beberapa kesamaan peristiwa namun dengan sedikit pembaruan, seperti Nyanyian Kode yang didendangkan Kasino (Vino G. Bastian) ketika berada di bandara mencari tas Dono yang tertukar dan diketahui dibawa oleh perempuan berbaju merah. Peristiwa ini sama seperti yang terjadi pada film Pintar-pintar Bodoh (1980) yang saat itu Dono dan Kasino merupakan detektif yang sedang membuntuti si perempuan berbaju merah di sebuah tempat makan.
Uwe wong bu, aruko
Namidana kodore nariyo
Omoidatsu natsunohi
Yang baju merah jangan sampe lolos
dan seterusnya....
Adegan Kasino yang memaki Dono saat ditugaskan oleh Bos Chips sama seperti makian yang dilontarkan Kasino kepada Dono pada film Dongkrak Antik (1982) “Dasar monyet bau, kadal bintit, muka gepeng, kecoa bunting, babi ngepet, dinosaurus, brontosaurus, kirik....” Dan masih banyak lagi yang lain seperti Setan Kredit, Gengsi Dong, dan sebagainya.
Selain menampilkan akting yang menawan di sepanjang film, kita juga akan merasakan kehadiran karakter dan jiwa Almarhum Dono dan Kasino merasuki Abimana Aryasatya dan Vino G. Bastian. Melihat mereka memerankan Dono dan Kasino persis melihat tokoh aslinya.
Empat jempol patut kita acungkan kepada pemeran film Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss Part 1, terutama Abimana Aryasatya dan Vino G. Bastian yang berhasil memerankan Dono dan Kasino dengan sangat sempurna. Mereka memilih untuk mengubah penampilan dan melangkah jauh melampaui karakter peran yang biasa mereka mainkan pada film-film mereka yang lain. Sementara Tora Sudiro yang memerankan Indro, sudah kita kenal memang sebagai aktor yang kerap memerankan film-film bernuansa komedi. Akting yang dibawakannya pun tak kalah menawan dan tak jauh beda dengan karakter asli dari Indro.
Bukan maksud untuk menggantikan, Warkop DKI Reborn hadir untuk melestarikan grup lawak Warkop DKI yang sudah menjadi legenda dalam dunia komedi di negeri ini. Kami siap menanti untuk menyaksikan part 2 atau part-part selanjutnya. Walau sudah tiada, jiwa Dono dan Kasino tetap hadir dalam tubuh Abimana Aryasatya dan Vino G. Bastian. Semoga legenda tetap melegenda. Sukses selalu Warkop DKI.
Terjadinya Pembajakan
Kerinduan kita yang tertebus setelah penantian Warkop DKI ini tayang justru dijadikan sekelompok orang sebagai ajang untuk meraup keuntungan sendiri. Tak tanggung-tanggung, pembajakan langsung terjadi melalui link streaming pada aplikasi Bigo mewarnai kesuksesan gemilang Warkop DKI Reborn ini. Anggy Umbara selaku sutradara mengaku kecewa dan akan melaporkan perbuatan tersebut ke pihak berwajib karena dinilai telah melanggar hak cipta. Seperti diketahui juga hingga Sabtu, 10 September 2016, penonton yang menyaksikan melalui aplikasi Bigo mencapai 300.000 orang. Sudah terbayang berapa kerugian yang diterima Om Indro dan kawan-kawan.
Para aktor pun mengecam perbuatan pembajakan tersebut, dan berharap ada tindakan nyata bagi oknum yang melakukan pembajakan agar diproses melalui ranah hukum. Memang sudah sepantasnya kita hentikan pembajakan terhadap sebuah karya. Dengan begitu kita berarti turut menghargai dan mengapresiasi karya tersebut. Pembajakan adalah perbuatan keji yang mesti dihindari. Pembajakan sama seperti mencuri yang pelakunya mesti dihukum dengan berat agar jera. Demi melenyapkan para pencoleng karya yang mencoreng dunia perfilman di negeri ini. ***
Komentar
Posting Komentar