Langsung ke konten utama

Sumpah Pemuda Bukan Sampah Pemuda

Medan, 30 Oktober 2016 sejak pukul 17.00 WIB hingga 22.00 WIB diselenggarakan acara malam perayaan Sumpah Pemuda yang diprakarsai oleh Komunitas Turun Tangan Medan. Mengusung tema Sumpah Pemuda Bukan Sampah Pemuda acara tersebut dimeriahkan oleh berbagai seni pertunjukan, seperti pembacaan puisi, musikalisasi puisi, musik akustik, penampilan teatrikal, bahkan hipnosis.

Pertunjukan Hipnosis oleh Mukhlis Mind
 Walaupun diguyur hujan deras acara tetap berlangsung meriah dengan semangat para pemuda. Bertempat di Medan Warkop, Jl. T. Cik Di Tiro No. 128 Medan, sebelah Taman Beringin. Pertunjukan yang ditampilkan begitu membakar semangat para pemuda yang hadir untuk lebih mencintai Negeri ini. Mencintai sejarah dengan mengisi kemerdekaan dengan hal-hal yang bermanfaat.

Musikalisasi Puisi oleh Kenduri Kopi
Mengutip kata-kata Bung Karno, "Beri aku 1000 orang tua niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia." Sejatinya begitulah gelora semangat para pemuda yang hadir memeriahkan malam perayaan Sumpah Pemuda Bukan Sampah Pemuda tersebut.

Pembacaan Puisi oleh Mhd. Muslim Bahri
Seperti itu jika kita semua bersatu, tentu akan menjadikan bangsa ini semakin maju. Lupakan perselisihan yang memecah belah bangsa. Terima kasih kepada setiap komunitas yang hadir dan teman-teman yang mengisi acara dengan pertunjukannya, Kenduri Kopi, Medan Herritage, AMCS (Anak Medan Cakap Sastra), dan lain-lain yang turut serta mengisi acara. Semoga ke depannya akan lebih banyak acara-acara seperti ini.

Pertunjukan Teatrikal oleh Medan Herritage





Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Syarat Pindah Alamat Berlangganan Indihome

sumber: google   Masa kontrakan habis, mau pindah ke kontrakan baru, tapi gimana dengan layanan indihome yang sudah terpasang? Tentu saja kita ingin memindahkan perangkat tanpa harus ada embel-embel pasang baru agar terhindar dari biaya pasang yang bernilai Rp 150.000,00 (seratus lima puluh ribu rupiah). Itulah kemauan kita, tapi berbeda dengan aturan yang ditetapkan oleh pihak Telkom. Kejadian itu menimpa saya. Beberapa hari yang lalu saya berkunjung ke Plaza Telkom Jalan Putri Hijau Medan dengan tujuan untuk memindahkan perangkat i ndihome saya dari kontrakan lama ke kontrakan baru. Setelah naik ke lantai 2 (kantor pelayanan) saya mengantre beberapa saat, tidak pakai selembaran kertas nomor antrean, katanya mereka pakai sistem digital, pelanggan hanya dipotret, dan nanti tiba gilirannya CS akan menghampiri (sebuah inovasi pelayanan dan langkah bijak untuk menghemat pemakaian kertas). Tiba giliran saya untuk mengadu persoalan saya. Namun, jawaban sang CS tidak bisa menenteramkan hati,

[CERPEN ANAK] PR Feby

Akhirnya Redaktur Taman Riang Harian Analisa berkenan kembali mempublikasikan cerpen anak saya. Cerpen ini saya kirim bulan Oktober 2017 dan baru diterbitkan edisi Minggu, 7 Januari 2018.  Terima kasih saya haturkan, dan semoga berkenan menerbitkan cerpen-cerpen selanjutnya. Hehehe... Ayo menulis cerita anak untuk menyelamatkan anak-anak dari serangan game online dan medsos yang melumpuhkan akal. Ilustrasi: Analisa Oleh Alda Muhsi Feby merupakan murid kelas 2 sekolah dasar di SD Negeri 011. Setiap hari gurunya selalu memberikan PR dengan alasan untuk melatih daya ingat, dan membiasakan agar murid-muridnya rajin belajar. Dalam kelasnya, Feby termasuk murid yang rajin mengerjakan PR. Tak pernah sekalipun ia luput dari PR-nya. Feby telah dibiasakan orang tuanya agar sepulang sekolah harus menyelesaikan PR. Berbeda dari biasanya, hari ini sepulang sekolah Feby diajak Amanda untuk berkunjung ke rumahnya. Amanda merupakan seorang murid baru, pindahan dari Jakarta. Feby ya

Teja Purnama, Sosok Penyair Kota Medan

(Catatan ini ditulis pada tahun 2012 oleh Alda Muhsi, Ferry Anggriawan, dan Sari Uli Octarina Panggabean semasa kuliah saat bertemu di Taman Budaya Sumut) Teja Purnama Lubis, lahir di Medan pada tanggal 19 Januari 1973. Anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Asmara Kusuma Lubis dan Rosmiati. Yang kini berdomisili di jalan Karya gang Suka Damai no. 5-H Kecamatan Medan Barat. Mempunyai tiga orang anak dengan istri Awalina Nasution. Modal awal menjadi seorang penyair baginya adalah membaca. Sewaktu kecil, kakek dan ayahnya banyak meninggalkan buku sastra lama. Setiap minggunya ia juga disuguhkan majalah anak-anak seperti Majalah Bobo. Ia pun tak menyangka pada akhirnya setelah memasuki SMP, ternyata ia mencintai dunia sastra. Hal itu terlihat bahwa pada masa SMP ia telah hobi membaca puisi. Hal ini juga berlanjut pada masa SMA hingga kuliah setiap perlombaan baca puisi ia pasti mendapatkan juara 1. Setelah membaca puisi, ia juga menyalurkan bakatnya lewat tulisan ka