Puisi-puisi ini pertama kali dipublikasikan oleh Harian Analisa edisi Rabu, 17 Januari 2018.
Ilustrasi: Erlangga |
PUISI-PUISI
ALDA MUHSI
WAJAH
/1
Hujan tepikan langkah kita
dinaungi atap halte kita duduk bersebelahan
aku ingin sampaikan pesan
bagaimana melawan gigil
tapi wajahmu tertutup dua belah tangan
tak dapat kuterka tentang isinya
adakah kesedihan?
atau kau sedang sembunyikan ia
dari para pencari muka,
agar tak tercuri
dinaungi atap halte kita duduk bersebelahan
aku ingin sampaikan pesan
bagaimana melawan gigil
tapi wajahmu tertutup dua belah tangan
tak dapat kuterka tentang isinya
adakah kesedihan?
atau kau sedang sembunyikan ia
dari para pencari muka,
agar tak tercuri
SSSK, Januari 2018
WAJAH
/2
Kini malam tak lagi sunyi
orang-orang berkeliaran memunguti langkah yang tercecer
wajah-wajah rata tinggal mata
mereka mengaku telah kecurian,
mereka mengaku ingin memasang
wajah sesiapa yang berjalan di hadapnya
orang-orang berkeliaran memunguti langkah yang tercecer
wajah-wajah rata tinggal mata
mereka mengaku telah kecurian,
mereka mengaku ingin memasang
wajah sesiapa yang berjalan di hadapnya
SSSK, Januari 2018
WAJAH
/3
yang lain berjalan mundur tanpa harus menilik
sebab kepalanya telah dikelilingi wajah-wajah
yang sembunyi di balik kerudung hitam,
mereka terus berjalan ke belakang
hindari gerigi jalan dan lubang-lubang
tanpa harus terjatuh, tanpa harus tersandung
sebab kepalanya telah dikelilingi wajah-wajah
yang sembunyi di balik kerudung hitam,
mereka terus berjalan ke belakang
hindari gerigi jalan dan lubang-lubang
tanpa harus terjatuh, tanpa harus tersandung
SSSK, Januari 2018
WAJAH
/4
sementara dalam ruang kantor, ruang tidur dan kamar
mandi
seorang pria lepaskan pakaiannya
wajahnya memudar terbias cahaya lampu
di depan cermin kupandang lekuk matanya,
serupa lekuk mataku yang tertuju menembus waktu
SSSK, Januari 2018
seorang pria lepaskan pakaiannya
wajahnya memudar terbias cahaya lampu
di depan cermin kupandang lekuk matanya,
serupa lekuk mataku yang tertuju menembus waktu
Komentar
Posting Komentar