Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2016

ANTISIPASI BANJIR SAMPAH USAI PESTA TAHUN BARU

Tulisan ini sebenarnya telah saya buat pada akhir tahun 2015 menjelang tahun baru 2016, tapi ketika itu saya mengirimkannya ke rubrik Lingkungan Harian Analisa, dan ternyata belum mendapat tempat. Kemudian setelah melalui proses revisi dan penambahan saya mengirimkannya lagi ke rubrik Opini Harian Analisa pada 25 Desember 2016 dan akhirnya mendapat tempat, terbit edisi Sabtu, 31 Desember 2016. Selamat membaca dan selamat tahun baru 2017, semoga Indonesia damai selalu. Pergantian tahun tinggal menunggu hari. Seperti biasa pada tahun-tahun sebelumnya malam pergantian tahun akan dimeriahkan dengan berbagai acara, yang paling puncak adalah pesta kembang api. Titik yang menjadi langganan pesta kembang api di Kota Medan yaitu Lapangan Merdeka dan Kampung Madras di jalan Zainul Arifin. Orang-orang dari berbagai penjuru akan memadati titik-titik perayaan pesta kembang api tersebut. Mereka semua bersukacita merayakan pergantian tahun. Tak memandang umur, semua usia turut memeri

YUK TANAM POHON

Tahun 2014 saya yang masih berstatus mahasiswa kala itu kehilangan akal bagaimana membuat kota kita menjadi segar. Apa yang mesti diperbuat, suara mahasiswa tak bergaung di masa-masa transisi. Kebanyakan yang didengar suara rakyat, atas nama politik pencitraan. Akhirnya catatan ini saya buat untuk mengimbau teman-teman sekalian mari kita menjaga bumi kita. Dan ini bukan pencitraan, ingatlah pohon untuk kehidupan. Mari menanam. diterbitkan pertama kali di Harian Analisa Rubrik Taman Remaja Pelajar, Minggu, 4 Mei 2014 Oleh Alda Muhsi Walaupun hari menanam pohon Indonesia telah lewat, yang diperingati setiap tanggal 28 Nopember, tak ada salahnya aksi menanam pohon kita lakukan setiap hari. Melalui tulisan ini, penulis mengajak semua masyarakat untuk rajin menanam pohon. Dan tanam bukan sembarang tanam, setelah tanam tentu saja mesti disiram dan dirawat hingga tumbuh serta dapat melestarikan alam. Satu pohon bisa menghidupi 2 orang manusia. Berdasarkan pernyataan tersebut,

PUISI-PUISI ALDA MUHSI

Puisi-puisi ini pertama kali dipublikasikan oleh Jurnal Masterpoem Indonesia, 22 Juni 2014. Sekadar berbagi dan menata arsip kembali. Selamat menikmati. TANPA ARAH Di antara tebing yang menyusut terhisap angin dan debu mata-mata mereka masih saja menyilaukan tanya menikam langit-langit malam nan kelam tak pernah tersebar dan terdengar kabar tentang jawab yang diimpikan hujan selalu menyertai pengharapan ke mana lagi arah yang pantas dituju sedangkan burung-burung telah berhenti terbang pohon-pohon menggugurkan doa Medan, Juni 2014 BIARKAN SAJA Biarkan saja angin membawanya pulang melalui dahan-dahan pohon mangga dan juga daun yang dijalari nadi di belakang istana sang raja ia berkutat dengan panas luka yang semakin menganga mencari satu-dua keping penawar lara dalam tumpukan dosa Medan, Juni 2014 BIBIR MERAH Bibir merah itu mewangi serupa mawar tapi ia tanpa duri-duri di bagian tubuh menyemerbakkan napas di antara ribuan demonstran

BENCANA MENYATUKAN KITA

Sebuah catatan singkat akhir tahun, sebagai pengingat bahwa kita adalah bangsa yang besar. Maka jangan lagi bertengkar, bersatu adalah kekuatan, yang menjadi kunci agar bendera kita berkibar semakin kencang. Sambil berdoa buat saudara-saudara kita yang terkena musibah gempa di Aceh. Mengenang 12 tahun tragedi Tsunami. Tulisan ini belum diterbitkan di media mana pun. *** Tahun sudah tiba di bagian penutup, itu artinya bulan telah memasuki Desember. Mau tidak mau bulan Desember pasti akan menyeret ingatan kita pada satu bencana besar dan dahsyat yang menerjang tanah serambi mekah. Tepatnya pada 26 Desember 2004 gempa bumi terjadi di Aceh berkekuatan 9.3 skala ritcher yang kemudian disusul gelombang raksasa bernama Tsunami. Seluruh dataran Aceh menjadi lautan, porak poranda, hancur lebur berantakan. Nyawa yang melayang diperkirakan mencapai 500.000 orang. Tahun 2016, setelah 12 tahun berselang, Aceh kembali dilanda gempa, tanpa Tsunami. Di tengah bayang-bayang mengobati trauma