Ketika diterbitkan di Harian Analisa edisi Rabu, 11 Januari 2017 ada seorang teman bertanya, mengapa judulnya gantung begitu. Sebenarnya puisi dengan judul Di Pangkal Januari ini ada enam bagian, tapi yang diterbitkan hanya bagian 3, 4, 5, dan 6. Ke mana bagian 1 dan 2-nya?
Jadi, bagian 1 dan 2-nya telah saya kirimkan lebih dahulu pada tanggal 30 Desember 2016, tapi ternyata tidak ditayangkan hehe. Kemudian barulah tanggal 6 Januari 2017 saya kirimkan bagian 3, 4, 5, dan 6. Dengan harapan mudah-mudahan Redaktur yang terhormat mau turut menerbitkan bagian 1 dan 2, tapi ternyata lagi-lagi bagian 1 dan 2 itu tidak ditayangkan (Mungkin memang tidak bagus ya, hehehe).
Alhamdulillah puisi Di Pangkal Januari 3 sampai 6 ini menjadi karya pertama saya yang terbit di Media Massa tahun 2017. Semoga saya semakin giat berkarya. Amin.
Pada postingan di bawah ini saya sertakan pula puisi Di Pangkal Januari bagian 1 dan 2-nya. Selamat menikmati.
Oleh Alda Muhsi
Oleh Alda Muhsi
DI
PANGKAL JANUARI /1
Di pangkal Januari banyak yang berdiam diri
setelah terjaga di taman yang berserak bunga api
sebelum malam semakin tua, baiknya kau bersiap-siap
Ibarat anak panah yang melekat di ujung busur
kau tinggal kutembak lalu melesatlah bersama angin
hingga tak terbendung membentuk takdir
setelah terjaga di taman yang berserak bunga api
sebelum malam semakin tua, baiknya kau bersiap-siap
Ibarat anak panah yang melekat di ujung busur
kau tinggal kutembak lalu melesatlah bersama angin
hingga tak terbendung membentuk takdir
SSSK,
Desember 2016
DI
PANGKAL JANUARI /2
di pangkal lidah Januari yang rasanya pahit
aku ingin berseluncur, seperti selancar arungi lekuk asam dan asin
hingga sampai di ujung
tempat menyecap manis
seperti menghisap gulali
dikerubungi semut hitam
SSSK, Desember 2016 aku ingin berseluncur, seperti selancar arungi lekuk asam dan asin
hingga sampai di ujung
tempat menyecap manis
seperti menghisap gulali
dikerubungi semut hitam
DI PANGKAL JANUARI /3
Pada perbincangan malam
kemarin, luput kuceritakan kepadamu perihal daun terindah yang jatuh di pangkal
Januari.
Ia bukanlah daun tua yang gugur sebab telah mengering. Ia hanyalah sebuah daun yang tengah merantau, menagih mimpi di negeri orang. Mencari mata air di tanah-tanah yang bercahaya. Kemudian membawanya pulang untuk lepaskan penat dan dahaga daun-daun yang lain di batang pokoknya.
Ia bukanlah daun tua yang gugur sebab telah mengering. Ia hanyalah sebuah daun yang tengah merantau, menagih mimpi di negeri orang. Mencari mata air di tanah-tanah yang bercahaya. Kemudian membawanya pulang untuk lepaskan penat dan dahaga daun-daun yang lain di batang pokoknya.
SSSK, Januari 2017
DI PANGKAL JANUARI /4
DI PANGKAL JANUARI /4
Hingga pada waktu
pagi-pagi benar sebelum terbit fajar kau telah pergi. Seperti daun-daun yang
jatuh. Kau adalah perantau, yang kepulangannya sangat dinanti. Akankah membawa
air, atau malah kau menjelma api yang siap memberangus sanak famili. Berapa
lama kau berjanji akan kembali? Agar kupersiapkan pula diri menunggu di sini.
SSSK, Januari 2017
DI PANGKAL JANUARI /5
DI PANGKAL JANUARI /5
Kau telah melihat malam
di pangkal Januari, adakah terasa lebih indah
Bagiku tiada malam yang lebih menenangkan selain bercumbu bersama bayangmu beralas kepingan-kepingan rindu
kupikir kau tergesa-gesa memulainya, seperti berlari di antara kobaran api
nyatanya aku tetap saja sendiri, kau berlalu bagai bara api melahap kertas-kertas.
Bagiku tiada malam yang lebih menenangkan selain bercumbu bersama bayangmu beralas kepingan-kepingan rindu
kupikir kau tergesa-gesa memulainya, seperti berlari di antara kobaran api
nyatanya aku tetap saja sendiri, kau berlalu bagai bara api melahap kertas-kertas.
SSSK, Januari 2017
DI PANGKAL JANUARI /6
DI PANGKAL JANUARI /6
Seharusnya aku berharap
agar kau biarkan aku di sisimu lebih lama. Lebih panjang dari persiapan
menghadapi bulan-bulan yang baru.
Sebenarnya kita masih berada di waktu yang sama, hanya tengah memutar-mutar kenangan. Mengambil ruang untuk menghapus kesalahan. Serta selalu menciptakan kebenaran.
Sebelum kembara dimulai maka seharusnya aku memintamu agar biarkan aku bersandar di bahumu lebih lama. Lebih panjang dari perhitungan bulan-bulan
Agar lelah hilang di pangkuan
SSSK, Januari 2017
Sebenarnya kita masih berada di waktu yang sama, hanya tengah memutar-mutar kenangan. Mengambil ruang untuk menghapus kesalahan. Serta selalu menciptakan kebenaran.
Sebelum kembara dimulai maka seharusnya aku memintamu agar biarkan aku bersandar di bahumu lebih lama. Lebih panjang dari perhitungan bulan-bulan
Agar lelah hilang di pangkuan
Komentar
Posting Komentar