Langsung ke konten utama

PENTINGNYA KEGIATAN EKOWISATA

(Artikel ini belum pernah dipublikasikan sebelumnya)

Sumber: Wikipedia
oleh Alda Muhsi

Di Indonesia terdapat banyak sekali objek wisata yang bisa dinikmati masyarakat. Baik itu pada saat liburan dengan keluarga, studi wisata, ataupun berkumpul dengan teman-teman lama. Di Sumatera Utara sendiri tercatat lebih dari 50 objek wisata yang ada. Mulai dari tempat-tempat bersejarah, bangunan tua, pantai, kebun binatang, hutan, air terjun, danau, dan lain sebagainya.
Namun, yang kerap terjadi adalah kurangnya kesadaran masyarakat pengunjung terhadap objek wisata tersebut. Banyak yang beranggapan bahwa objek wisata tersebut hanya dikelola dan ditanggungjawabi oleh pengelola resmi. Padahal sebagai manusia kita juga bertanggung jawab atas kelestarian objek wisata kita. Pengunjung yang berdatangan dari berbagai daerah kebanyakan tidak memedulikan kelestarian dan kebersihan objek wisata, seperti buang sampah sembarangan, merusak tatanan objek wisata, dan lain-lain. Upaya yang bisa dilakukan pihak pengelola adalah menyediakan tempat sampah, menempelkan larangan-larangan untuk menjaga kelestariannya. Sudah semestinya ini menjadi tanggung jawab bersama. Bayangkan, banyaknya pengelola yang tersedia tidak sebanding dengan jumlah pengunjung yang datang. Maka dari itu perlu ditanamkan kesadaran bagi para pengunjung untuk tetap memerhatikan kebersihan dan kelestarian objek wisata.
Untuk menangani masalah tersebut, pemerintah telah menetapkan sebuah kegiatan yang dirasa cukup mampu untuk menjaga kelestarian objek wisata kita, kegiatan itu adalah ekowisata, yang diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2009.
Secara umum objek kegiatan ekowisata tidak jauh berbeda dari kegiatan wisata alam biasa, namun memiliki nilai-nilai moral dan tanggung jawab yang tinggi terhadap objek wisatanya.
Ekowisata merupakan kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal serta aspek pembelajaran dan pendidikan.
Pada awalnya ekowisata dijalankan dengan cara membawa wisatawan ke objek wisata alam yang eksotis dengan cara ramah lingkungan. Dengan memberikan sedikit pengajaran tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan, dan ternyata dampak negatif terhadap lingkungan bisa dikurangi.
Kegiatan ekowisata dapat dibagi ke dalam 5 aspek, yaitu:
               1.     Wisata pemandangan:
o   Objek-objek alam (pantai, air terjun, terumbu karang)
o   Flora (hutan, tumbuhan langka, tumbuhan obat-obatan)
o   Fauna (hewan langka dan endemik)
o   Perkebunan (teh, kopi)
2.     Wisata petualangan:
o   Kegiatan alam bebas (lintas alam, berselancar)
o   Ekstrim (mendaki gunung, paralayang)
o   Berburu
3.     Wisata kebudayaan dan sejarah:
o   Suku terasing
o   Kerajinan tangan (batik, ukiran)
o   Peninggalan bersejarah (candi, batu bertulis, benteng kolonial)
4.     Wisata penelitian:
o   Pendataan spesies (serangga, mamalia dan lainnya)
o   Pendataan kerusakan alam (lahan gundul, pencemaran tanah)
o   Konservasi (reboisasi, lokalisasi pencemaran)
5.     Wisata sosial, konservasi dan pendidikan:
o  Pembangunan fasilitas umum di dekat objek ekowisata (pembuatan sarana komunikasi, kesehatan)
o   Reboisasi lahan-lahan gundul dan pengembangbiakan hewan langka
o   Pendidikan dan pengembangan sumber daya masyarakat di dekat objek ekowisata (pendidikan bahasa asing, sikap)
Pada dasarnya, kelima aspek ekowisata di atas adalah sama saja. Tujuan yang ingin dicapai hanyalah untuk menjaga kelestarian objek wisata dan kelestarian lingkungan di sekitarnya. Selain itu juga untuk mendapatkan pendidikan, atau pengajaran mengenai objek wisata yang ada, maksudnya adalah agar kita menjadi manusia yang lebih dekat dengan alam, dan mencintai alam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Syarat Pindah Alamat Berlangganan Indihome

sumber: google   Masa kontrakan habis, mau pindah ke kontrakan baru, tapi gimana dengan layanan indihome yang sudah terpasang? Tentu saja kita ingin memindahkan perangkat tanpa harus ada embel-embel pasang baru agar terhindar dari biaya pasang yang bernilai Rp 150.000,00 (seratus lima puluh ribu rupiah). Itulah kemauan kita, tapi berbeda dengan aturan yang ditetapkan oleh pihak Telkom. Kejadian itu menimpa saya. Beberapa hari yang lalu saya berkunjung ke Plaza Telkom Jalan Putri Hijau Medan dengan tujuan untuk memindahkan perangkat i ndihome saya dari kontrakan lama ke kontrakan baru. Setelah naik ke lantai 2 (kantor pelayanan) saya mengantre beberapa saat, tidak pakai selembaran kertas nomor antrean, katanya mereka pakai sistem digital, pelanggan hanya dipotret, dan nanti tiba gilirannya CS akan menghampiri (sebuah inovasi pelayanan dan langkah bijak untuk menghemat pemakaian kertas). Tiba giliran saya untuk mengadu persoalan saya. Namun, jawaban sang CS tidak bisa menenteramkan hati,

[CERPEN ANAK] PR Feby

Akhirnya Redaktur Taman Riang Harian Analisa berkenan kembali mempublikasikan cerpen anak saya. Cerpen ini saya kirim bulan Oktober 2017 dan baru diterbitkan edisi Minggu, 7 Januari 2018.  Terima kasih saya haturkan, dan semoga berkenan menerbitkan cerpen-cerpen selanjutnya. Hehehe... Ayo menulis cerita anak untuk menyelamatkan anak-anak dari serangan game online dan medsos yang melumpuhkan akal. Ilustrasi: Analisa Oleh Alda Muhsi Feby merupakan murid kelas 2 sekolah dasar di SD Negeri 011. Setiap hari gurunya selalu memberikan PR dengan alasan untuk melatih daya ingat, dan membiasakan agar murid-muridnya rajin belajar. Dalam kelasnya, Feby termasuk murid yang rajin mengerjakan PR. Tak pernah sekalipun ia luput dari PR-nya. Feby telah dibiasakan orang tuanya agar sepulang sekolah harus menyelesaikan PR. Berbeda dari biasanya, hari ini sepulang sekolah Feby diajak Amanda untuk berkunjung ke rumahnya. Amanda merupakan seorang murid baru, pindahan dari Jakarta. Feby ya

Teja Purnama, Sosok Penyair Kota Medan

(Catatan ini ditulis pada tahun 2012 oleh Alda Muhsi, Ferry Anggriawan, dan Sari Uli Octarina Panggabean semasa kuliah saat bertemu di Taman Budaya Sumut) Teja Purnama Lubis, lahir di Medan pada tanggal 19 Januari 1973. Anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Asmara Kusuma Lubis dan Rosmiati. Yang kini berdomisili di jalan Karya gang Suka Damai no. 5-H Kecamatan Medan Barat. Mempunyai tiga orang anak dengan istri Awalina Nasution. Modal awal menjadi seorang penyair baginya adalah membaca. Sewaktu kecil, kakek dan ayahnya banyak meninggalkan buku sastra lama. Setiap minggunya ia juga disuguhkan majalah anak-anak seperti Majalah Bobo. Ia pun tak menyangka pada akhirnya setelah memasuki SMP, ternyata ia mencintai dunia sastra. Hal itu terlihat bahwa pada masa SMP ia telah hobi membaca puisi. Hal ini juga berlanjut pada masa SMA hingga kuliah setiap perlombaan baca puisi ia pasti mendapatkan juara 1. Setelah membaca puisi, ia juga menyalurkan bakatnya lewat tulisan ka