Pic: Epaper Analisa |
Masalah
sampah tidak akan pernah ada habisnya untuk dibahas. Masalah sampah hanya akan
habis ketika kita benar-benar melakukan sesuatu untuk mengurangi pemakaian
barang-barang yang menghasilkan sampah. Seperti mengurangi pembelian
barang-barang yang memakai plastik sebagai bungkusnya. Karena seperti yang kita
lihat selama ini, sampah yang tertimbun dan berserakan di sepanjang jalan kota tak
lain dan tak bukan adalah sampah plastik kemasan. Baik itu makanan kemasan,
minuman kemasan, sabun kemasan, makanan ringan kemasan, deterjen kemasan, dan
kebutuhan rumah tangga lainnya.
Hal
itu menunjukkan bahwa penyumbang utama sampah di kota adalah sampah dari
barang-barang kebutuhan rumah tangga. Untuk meminimalisir adanya lonjakan
sampah tersebut maka harus diterapkan pembelian barang dalam ukuran yang besar,
yang cukup untuk dua sampai empat minggu. Karena ketika kita membeli sebuah
deterjen ukuran kecil misalnya, yang hanya tahan sehari dua hari maka sudah
dipastikan sampah bungkus kemasan deterjen itu akan menjadi lebih banyak. Itu
masih deterjen, belum lagi yang lain.
Maraknya
pedagang makanan yang saban hari semakin menjamur dengan berbagai macam variasi
pilihan menu turut menyumbang produksi sampah di kota ini. Pola hidup orang
kota yang sudah terbiasa membeli dan jarang memasak menjadi penyebab utama
sehingga kehadiran pedagang makanan menjadi pilihan. Alhasil sampah bekas
bungkusan makanan itu pun turut menambah tumpukan sampah rumah tangga tadi. Itulah
dampak dari sebuah kepraktisan yang kita kehendaki. Sah-sah saja dan tidak ada
hak untuk melarang pedagang menjajakan dagangannya, hanya perlu diingatkan
cobalah menjadi lebih bijak sebagai pembeli. Kita sebagai pembeli bisa membawa
tempat dari rumah sendiri sebagai wadah untuk membungkus makanan yang kita
beli. Tentu saja bukan wadah plastik sekali pakai yang biasa dipakai para
pedagang. Dengan begitu kita turut menghemat penghasilan sampah.
Persoalan
ini perlu ditanggapi secara serius. Jalannya tentu saja dengan mengubah pola
hidup masyarakat kota agar mulai gemar memasak di rumah. Selain untuk menghemat
produksi sampah, soal kesehatan makanan pun dapat dijamin. Maka jangan ada
alasan tidak punya waktu untuk memasak karena telah lelah seharian mencari
uang. Konon sama saja jika kita susah payah mencari uang tubuh kita menjadi
sakit, dan uang kita pun habis pula untuk biaya pengobatan.
Kurangnya
ketersediaan tempat sampah juga turut mempengaruhi berseraknya sampah di
perkotaan. Padahal telah ada armada yang akan mengangkut sampah-sampah rumah
tangga tersebut setiap paginya. Kita mesti berharap agar masing-masing rumah
memiliki minimal satu tempat sampah yang mampu menampung sampah rumah
tangganya. Hal tersebut agar memudahkan truk pengangkut untuk mengangkut sampah
setiap paginya. Apabila sinergi antara keduanya mampu dipertahankan dengan
baik, bisa jadi perlahan-lahan persoalan sampah rumah tangga di kota ini akan
teratasi.
Karena
seperti dikutip dari http://medan.tribunnews.com/2016/01/05/sehari-kota-medan-produksi-2000-ton-sampah
pada tahun 2016 diperkirakan produksi sampah masyarakat Kota Medan berkisar
pada angka 1 kg per orang per harinya. Bayangkan saja penduduk Kota Medan yang
mencapai 2 juta jiwa. Berapa ton sampah yang dihasilkan setiap harinya? Itu
artinya sekitar 2.000 ton produksi sampah di Kota Medan.
Ketersediaan
tong sampah di setiap depan rumah akan memudahkan kerja teman-teman dari dinas
kebersihan untuk mengangkut sampah kita. Tapi bukan berarti kita bebas sesuka
hati memproduksi tumpukan sampah per harinya. Sepertinya kita perlu mengingat
bahwa tumpukan sampah adalah sarang penyakit, maka kurangilah memproduksi
sampah. Adanya tong sampah bukanlah sebagai tindakan yang mempersilakan kita
menumpuk sampah di sana, melainkan hanya membantu proses pengangkutan
sampah-sampah tersebut ke tempat pembuangannya.
Selesai
sudah permasalahan sampah rumah tangga. Tapi masalah sampahnya belum selesai. Tahapan
selanjutnya adalah sampah-sampah yang telah diangkut truk sampah tadi agar
dibawa ke tempat pembuangan dan dibakar dengan memperhatikan jarak. Jarak
pembakaran yang dimaksud adalah jangan sampai terlalu dekat dengan domisili
warga, agar tidak menjadi polusi.
Keterkaitan semuanya sangat mempengaruhi proses
meminimalisir produksi sampah ini. Maka sangat diharapkan agar semuanya
berjalan dengan baik dan lancar, tanpa ada lampu merah yang membuat macet
berkepanjangan.
Komentar
Posting Komentar