Langsung ke konten utama

Mengurangi Produksi Sampah

Artikel ini pertama kali dipublikasikan oleh Harian Analisa Rubrik Lingkungan edisi Minggu, 17 Desember 2017.
Pic: Epaper Analisa

Masalah sampah tidak akan pernah ada habisnya untuk dibahas. Masalah sampah hanya akan habis ketika kita benar-benar melakukan sesuatu untuk mengurangi pemakaian barang-barang yang menghasilkan sampah. Seperti mengurangi pembelian barang-barang yang memakai plastik sebagai bungkusnya. Karena seperti yang kita lihat selama ini, sampah yang tertimbun dan berserakan di sepanjang jalan kota tak lain dan tak bukan adalah sampah plastik kemasan. Baik itu makanan kemasan, minuman kemasan, sabun kemasan, makanan ringan kemasan, deterjen kemasan, dan kebutuhan rumah tangga lainnya.
Hal itu menunjukkan bahwa penyumbang utama sampah di kota adalah sampah dari barang-barang kebutuhan rumah tangga. Untuk meminimalisir adanya lonjakan sampah tersebut maka harus diterapkan pembelian barang dalam ukuran yang besar, yang cukup untuk dua sampai empat minggu. Karena ketika kita membeli sebuah deterjen ukuran kecil misalnya, yang hanya tahan sehari dua hari maka sudah dipastikan sampah bungkus kemasan deterjen itu akan menjadi lebih banyak. Itu masih deterjen, belum lagi yang lain.
Maraknya pedagang makanan yang saban hari semakin menjamur dengan berbagai macam variasi pilihan menu turut menyumbang produksi sampah di kota ini. Pola hidup orang kota yang sudah terbiasa membeli dan jarang memasak menjadi penyebab utama sehingga kehadiran pedagang makanan menjadi pilihan. Alhasil sampah bekas bungkusan makanan itu pun turut menambah tumpukan sampah rumah tangga tadi. Itulah dampak dari sebuah kepraktisan yang kita kehendaki. Sah-sah saja dan tidak ada hak untuk melarang pedagang menjajakan dagangannya, hanya perlu diingatkan cobalah menjadi lebih bijak sebagai pembeli. Kita sebagai pembeli bisa membawa tempat dari rumah sendiri sebagai wadah untuk membungkus makanan yang kita beli. Tentu saja bukan wadah plastik sekali pakai yang biasa dipakai para pedagang. Dengan begitu kita turut menghemat penghasilan sampah.
Persoalan ini perlu ditanggapi secara serius. Jalannya tentu saja dengan mengubah pola hidup masyarakat kota agar mulai gemar memasak di rumah. Selain untuk menghemat produksi sampah, soal kesehatan makanan pun dapat dijamin. Maka jangan ada alasan tidak punya waktu untuk memasak karena telah lelah seharian mencari uang. Konon sama saja jika kita susah payah mencari uang tubuh kita menjadi sakit, dan uang kita pun habis pula untuk biaya pengobatan.
Kurangnya ketersediaan tempat sampah juga turut mempengaruhi berseraknya sampah di perkotaan. Padahal telah ada armada yang akan mengangkut sampah-sampah rumah tangga tersebut setiap paginya. Kita mesti berharap agar masing-masing rumah memiliki minimal satu tempat sampah yang mampu menampung sampah rumah tangganya. Hal tersebut agar memudahkan truk pengangkut untuk mengangkut sampah setiap paginya. Apabila sinergi antara keduanya mampu dipertahankan dengan baik, bisa jadi perlahan-lahan persoalan sampah rumah tangga di kota ini akan teratasi.
Karena seperti dikutip dari http://medan.tribunnews.com/2016/01/05/sehari-kota-medan-produksi-2000-ton-sampah pada tahun 2016 diperkirakan produksi sampah masyarakat Kota Medan berkisar pada angka 1 kg per orang per harinya. Bayangkan saja penduduk Kota Medan yang mencapai 2 juta jiwa. Berapa ton sampah yang dihasilkan setiap harinya? Itu artinya sekitar 2.000 ton produksi sampah di Kota Medan.
Ketersediaan tong sampah di setiap depan rumah akan memudahkan kerja teman-teman dari dinas kebersihan untuk mengangkut sampah kita. Tapi bukan berarti kita bebas sesuka hati memproduksi tumpukan sampah per harinya. Sepertinya kita perlu mengingat bahwa tumpukan sampah adalah sarang penyakit, maka kurangilah memproduksi sampah. Adanya tong sampah bukanlah sebagai tindakan yang mempersilakan kita menumpuk sampah di sana, melainkan hanya membantu proses pengangkutan sampah-sampah tersebut ke tempat pembuangannya.
Selesai sudah permasalahan sampah rumah tangga. Tapi masalah sampahnya belum selesai. Tahapan selanjutnya adalah sampah-sampah yang telah diangkut truk sampah tadi agar dibawa ke tempat pembuangan dan dibakar dengan memperhatikan jarak. Jarak pembakaran yang dimaksud adalah jangan sampai terlalu dekat dengan domisili warga, agar tidak menjadi polusi. 
Keterkaitan semuanya sangat mempengaruhi proses meminimalisir produksi sampah ini. Maka sangat diharapkan agar semuanya berjalan dengan baik dan lancar, tanpa ada lampu merah yang membuat macet berkepanjangan.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Syarat Pindah Alamat Berlangganan Indihome

sumber: google   Masa kontrakan habis, mau pindah ke kontrakan baru, tapi gimana dengan layanan indihome yang sudah terpasang? Tentu saja kita ingin memindahkan perangkat tanpa harus ada embel-embel pasang baru agar terhindar dari biaya pasang yang bernilai Rp 150.000,00 (seratus lima puluh ribu rupiah). Itulah kemauan kita, tapi berbeda dengan aturan yang ditetapkan oleh pihak Telkom. Kejadian itu menimpa saya. Beberapa hari yang lalu saya berkunjung ke Plaza Telkom Jalan Putri Hijau Medan dengan tujuan untuk memindahkan perangkat i ndihome saya dari kontrakan lama ke kontrakan baru. Setelah naik ke lantai 2 (kantor pelayanan) saya mengantre beberapa saat, tidak pakai selembaran kertas nomor antrean, katanya mereka pakai sistem digital, pelanggan hanya dipotret, dan nanti tiba gilirannya CS akan menghampiri (sebuah inovasi pelayanan dan langkah bijak untuk menghemat pemakaian kertas). Tiba giliran saya untuk mengadu persoalan saya. Namun, jawaban sang CS tidak bisa menenteramkan hati,

[CERPEN ANAK] PR Feby

Akhirnya Redaktur Taman Riang Harian Analisa berkenan kembali mempublikasikan cerpen anak saya. Cerpen ini saya kirim bulan Oktober 2017 dan baru diterbitkan edisi Minggu, 7 Januari 2018.  Terima kasih saya haturkan, dan semoga berkenan menerbitkan cerpen-cerpen selanjutnya. Hehehe... Ayo menulis cerita anak untuk menyelamatkan anak-anak dari serangan game online dan medsos yang melumpuhkan akal. Ilustrasi: Analisa Oleh Alda Muhsi Feby merupakan murid kelas 2 sekolah dasar di SD Negeri 011. Setiap hari gurunya selalu memberikan PR dengan alasan untuk melatih daya ingat, dan membiasakan agar murid-muridnya rajin belajar. Dalam kelasnya, Feby termasuk murid yang rajin mengerjakan PR. Tak pernah sekalipun ia luput dari PR-nya. Feby telah dibiasakan orang tuanya agar sepulang sekolah harus menyelesaikan PR. Berbeda dari biasanya, hari ini sepulang sekolah Feby diajak Amanda untuk berkunjung ke rumahnya. Amanda merupakan seorang murid baru, pindahan dari Jakarta. Feby ya

Teja Purnama, Sosok Penyair Kota Medan

(Catatan ini ditulis pada tahun 2012 oleh Alda Muhsi, Ferry Anggriawan, dan Sari Uli Octarina Panggabean semasa kuliah saat bertemu di Taman Budaya Sumut) Teja Purnama Lubis, lahir di Medan pada tanggal 19 Januari 1973. Anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Asmara Kusuma Lubis dan Rosmiati. Yang kini berdomisili di jalan Karya gang Suka Damai no. 5-H Kecamatan Medan Barat. Mempunyai tiga orang anak dengan istri Awalina Nasution. Modal awal menjadi seorang penyair baginya adalah membaca. Sewaktu kecil, kakek dan ayahnya banyak meninggalkan buku sastra lama. Setiap minggunya ia juga disuguhkan majalah anak-anak seperti Majalah Bobo. Ia pun tak menyangka pada akhirnya setelah memasuki SMP, ternyata ia mencintai dunia sastra. Hal itu terlihat bahwa pada masa SMP ia telah hobi membaca puisi. Hal ini juga berlanjut pada masa SMA hingga kuliah setiap perlombaan baca puisi ia pasti mendapatkan juara 1. Setelah membaca puisi, ia juga menyalurkan bakatnya lewat tulisan ka