Langsung ke konten utama

Rahasia "13" Sebagai Angka Sial



Angka 13 sudah sangat terkenal sebagai angka sial. Angka yang dihindari orang dalam segala urusan. Yang paling menonjol yang kita temui sehari-hari barangkali gedung apartemen atau perumahan yang selalu menghindarkan angka 13. Misalnya dari lantai 12 langsung loncat ke lantai 15. Begitu pula perumahan dari nomor rumah 12 langsung ke nomor 15. Begitulah keyakinan yang berkembang. Mungkin dalam persoalan lain masih banyak contoh orang-orang yang menghindari angka 13 yang dianggap sial.


Barangkali sudah banyak tulisan-tulisan atau sekadar wacana yang menyebutkan asal muasal mengapa angka 13 dikatakan sebagai angka sial. Di sini saya hanya ingin menyampaikan sedikit yang saya ketahui tentang awal mula 13 bisa dikatakan sebagai angka sial.


Kemajuan teknologi menunjang rasa ingin tahu yang besar. Berkat kemudahan yang ditawarkannya kita bisa mencari apa saja hal yang mengganjal dalam benak kita. Secara tidak sengaja ketika mendengar sebuah taklim UAS (Ustadz Abdul Somad) di Youtube saya mendapat jawaban atas pertanyaan di atas. Sebuah pengetahuan yang baru saya dapatkan.


Beliau mengatakan bahwa angka 13 dianggap sial bermula dari kisah seekor babi yang mampu melahirkan 13 anak sekaligus. Namun yang menjadi masalah adalah babi hanya memiliki 12 ambing (puting). Bayi babi yang ke-13 dianggap sial karena tidak mendapatkan bagian (jatah) atau barangkali harus menunggu.


Maka kita sebagai manusia patutkah memercayai bahwa angka 13 itu adalah sebuah angka sial. Padahal angka 13 yang sial itu hanya dimaksudkan dan ditujukan ke seekor bayi babi. Semoga kita bisa menghindari segala takhayul, yang diambil dari kata khayal. Yang bersumber dari bisikan syaitan. Amin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Syarat Pindah Alamat Berlangganan Indihome

sumber: google   Masa kontrakan habis, mau pindah ke kontrakan baru, tapi gimana dengan layanan indihome yang sudah terpasang? Tentu saja kita ingin memindahkan perangkat tanpa harus ada embel-embel pasang baru agar terhindar dari biaya pasang yang bernilai Rp 150.000,00 (seratus lima puluh ribu rupiah). Itulah kemauan kita, tapi berbeda dengan aturan yang ditetapkan oleh pihak Telkom. Kejadian itu menimpa saya. Beberapa hari yang lalu saya berkunjung ke Plaza Telkom Jalan Putri Hijau Medan dengan tujuan untuk memindahkan perangkat i ndihome saya dari kontrakan lama ke kontrakan baru. Setelah naik ke lantai 2 (kantor pelayanan) saya mengantre beberapa saat, tidak pakai selembaran kertas nomor antrean, katanya mereka pakai sistem digital, pelanggan hanya dipotret, dan nanti tiba gilirannya CS akan menghampiri (sebuah inovasi pelayanan dan langkah bijak untuk menghemat pemakaian kertas). Tiba giliran saya untuk mengadu persoalan saya. Namun, jawaban sang CS tidak bisa menenteramkan hati,

[CERPEN ANAK] PR Feby

Akhirnya Redaktur Taman Riang Harian Analisa berkenan kembali mempublikasikan cerpen anak saya. Cerpen ini saya kirim bulan Oktober 2017 dan baru diterbitkan edisi Minggu, 7 Januari 2018.  Terima kasih saya haturkan, dan semoga berkenan menerbitkan cerpen-cerpen selanjutnya. Hehehe... Ayo menulis cerita anak untuk menyelamatkan anak-anak dari serangan game online dan medsos yang melumpuhkan akal. Ilustrasi: Analisa Oleh Alda Muhsi Feby merupakan murid kelas 2 sekolah dasar di SD Negeri 011. Setiap hari gurunya selalu memberikan PR dengan alasan untuk melatih daya ingat, dan membiasakan agar murid-muridnya rajin belajar. Dalam kelasnya, Feby termasuk murid yang rajin mengerjakan PR. Tak pernah sekalipun ia luput dari PR-nya. Feby telah dibiasakan orang tuanya agar sepulang sekolah harus menyelesaikan PR. Berbeda dari biasanya, hari ini sepulang sekolah Feby diajak Amanda untuk berkunjung ke rumahnya. Amanda merupakan seorang murid baru, pindahan dari Jakarta. Feby ya

Teja Purnama, Sosok Penyair Kota Medan

(Catatan ini ditulis pada tahun 2012 oleh Alda Muhsi, Ferry Anggriawan, dan Sari Uli Octarina Panggabean semasa kuliah saat bertemu di Taman Budaya Sumut) Teja Purnama Lubis, lahir di Medan pada tanggal 19 Januari 1973. Anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Asmara Kusuma Lubis dan Rosmiati. Yang kini berdomisili di jalan Karya gang Suka Damai no. 5-H Kecamatan Medan Barat. Mempunyai tiga orang anak dengan istri Awalina Nasution. Modal awal menjadi seorang penyair baginya adalah membaca. Sewaktu kecil, kakek dan ayahnya banyak meninggalkan buku sastra lama. Setiap minggunya ia juga disuguhkan majalah anak-anak seperti Majalah Bobo. Ia pun tak menyangka pada akhirnya setelah memasuki SMP, ternyata ia mencintai dunia sastra. Hal itu terlihat bahwa pada masa SMP ia telah hobi membaca puisi. Hal ini juga berlanjut pada masa SMA hingga kuliah setiap perlombaan baca puisi ia pasti mendapatkan juara 1. Setelah membaca puisi, ia juga menyalurkan bakatnya lewat tulisan ka