Puisi-puisi ini pertama kali dipublikasikan oleh Harian Analisa edisi Rabu, 3 Januari 2018.
Artinya menjadi karya pertama saya yang terbit di media, walaupun puisinya dibuat di tahun 2017. Hehehe.
DESEMBER /1
Artinya menjadi karya pertama saya yang terbit di media, walaupun puisinya dibuat di tahun 2017. Hehehe.
Ilustrasi: Erlangga |
DESEMBER /1
aku membalik lembaran kalender terakhir
menghitung angka-angka yang sama
memulangkan peristiwa demi peristiwa
sudah sekian lama penantian hanya ditemani kata-kata
pada perputaran bola dunia, bulan mengiring terik matahari
menghitung angka-angka yang sama
memulangkan peristiwa demi peristiwa
sudah sekian lama penantian hanya ditemani kata-kata
pada perputaran bola dunia, bulan mengiring terik matahari
SSSK, Desember 2017
DESEMBER /2
DESEMBER /2
di antara gugus yang terbungkus
kita tercerai oleh jarak,
lautan yang menjelma rumah dan tong sampah
orang-orang berpesta pora, menandai kepergian kenangan
riwayat tidak tersusun rapi
membuang-buang kepingan rasa
kita saling berseru, mengungkap segala
yang tertuang di dada
kita tercerai oleh jarak,
lautan yang menjelma rumah dan tong sampah
orang-orang berpesta pora, menandai kepergian kenangan
riwayat tidak tersusun rapi
membuang-buang kepingan rasa
kita saling berseru, mengungkap segala
yang tertuang di dada
SSSK, Desember 2017
DESEMBER /3
DESEMBER /3
jalanan ramai oleh langkah-langkah
semakin berdesakan, seperti kerinduan di jantung para penanti
ujung bulan hilang, dikeroposi genting waktu
dilesapkan malam pada awan yang terceruk
dari matamu yang menyimpan gundah
semakin berdesakan, seperti kerinduan di jantung para penanti
ujung bulan hilang, dikeroposi genting waktu
dilesapkan malam pada awan yang terceruk
dari matamu yang menyimpan gundah
SSSK, Desember 2017
DESEMBER /4
DESEMBER /4
kita tak dapat berbicara seperti biasa
gedung-gedung membatasi pandangan
langit berkabut dan angin ribut
membangun resah pada jalan masing-masing
hingga kita mesti lebih sering berhenti
untuk sekadar membasuh mata
melerai perih yang mendidih
di atas bara dada penuh dendam
SSSK, Desember 2017
gedung-gedung membatasi pandangan
langit berkabut dan angin ribut
membangun resah pada jalan masing-masing
hingga kita mesti lebih sering berhenti
untuk sekadar membasuh mata
melerai perih yang mendidih
di atas bara dada penuh dendam
Komentar
Posting Komentar