Langsung ke konten utama

Sebuah Tahun yang Baru

Tulisan ini saya buat ketika masih kuliah, 4 tahun kemudian baru diterbitkan oleh Harian Analisa tepatnya Minggu, 31 Desember 2017. Menurut saya betapa koran ini begitu menghargai sebuah tulisan. Terima kasih kepada redaksi Taman Remaja Pelajar.

Gerbang tahun baru sudah terbuka lebar di depan mata kita, maka marilah kita bersiap-siap menyambut kedatangannya. Bukan hanya dengan tiupan terompet dan letupan kembang api untuk meme­riahkannya, melainkan juga dengan menempa potensi diri untuk lebih baik lagi.

Mungkin banyak persoalan, kendala, atau rintangan yang kita hadapi sepanjang tahun ini. Sudah saatnya dijadikan pembelajaran agar diri menjadi semakin tegar dalam menghadapi tahun baru besok.

Tahun baru tiba, tentunya umur juga bertambah. Tinggalkan segala kegalauan yang selama ini meng­hantui. Tinggalkan di luar gerbang sebelum kaki menginjakkan ruang baru besok.

Sudah saatnya melakukan hal-hal yang bermanfaat, mengingat waktu tak bisa diulang walaupun hanya sedetik. Jadikan pepatah sebagai pedoman untuk menggu­nakan waktu dengan baik. Waktu adalah uang; waktu adalah pedang.

Dengan memakai kedua pepatah di atas sebagai pedoman menjalani tahun baru, semoga kenangan buruk selama tahun ini tak pernah terjadi lagi. Sayangilah waktu. Pergunakan waktu dengan baik dan isilah waktu dengan kegiatan yang bermanfaat. Jadikan peristiwa lalu sebagai pembelajaran hidup yang sangat bermakna, yang sangat berpengaruh bagi kehidupan di masa mendatang. Semoga kita semua lebih semangat untuk memulainya!
* Alda Muhsi, Desember 2013

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Syarat Pindah Alamat Berlangganan Indihome

sumber: google   Masa kontrakan habis, mau pindah ke kontrakan baru, tapi gimana dengan layanan indihome yang sudah terpasang? Tentu saja kita ingin memindahkan perangkat tanpa harus ada embel-embel pasang baru agar terhindar dari biaya pasang yang bernilai Rp 150.000,00 (seratus lima puluh ribu rupiah). Itulah kemauan kita, tapi berbeda dengan aturan yang ditetapkan oleh pihak Telkom. Kejadian itu menimpa saya. Beberapa hari yang lalu saya berkunjung ke Plaza Telkom Jalan Putri Hijau Medan dengan tujuan untuk memindahkan perangkat i ndihome saya dari kontrakan lama ke kontrakan baru. Setelah naik ke lantai 2 (kantor pelayanan) saya mengantre beberapa saat, tidak pakai selembaran kertas nomor antrean, katanya mereka pakai sistem digital, pelanggan hanya dipotret, dan nanti tiba gilirannya CS akan menghampiri (sebuah inovasi pelayanan dan langkah bijak untuk menghemat pemakaian kertas). Tiba giliran saya untuk mengadu persoalan saya. Namun, jawaban sang CS tidak bisa menenteramkan hati,

[CERPEN ANAK] PR Feby

Akhirnya Redaktur Taman Riang Harian Analisa berkenan kembali mempublikasikan cerpen anak saya. Cerpen ini saya kirim bulan Oktober 2017 dan baru diterbitkan edisi Minggu, 7 Januari 2018.  Terima kasih saya haturkan, dan semoga berkenan menerbitkan cerpen-cerpen selanjutnya. Hehehe... Ayo menulis cerita anak untuk menyelamatkan anak-anak dari serangan game online dan medsos yang melumpuhkan akal. Ilustrasi: Analisa Oleh Alda Muhsi Feby merupakan murid kelas 2 sekolah dasar di SD Negeri 011. Setiap hari gurunya selalu memberikan PR dengan alasan untuk melatih daya ingat, dan membiasakan agar murid-muridnya rajin belajar. Dalam kelasnya, Feby termasuk murid yang rajin mengerjakan PR. Tak pernah sekalipun ia luput dari PR-nya. Feby telah dibiasakan orang tuanya agar sepulang sekolah harus menyelesaikan PR. Berbeda dari biasanya, hari ini sepulang sekolah Feby diajak Amanda untuk berkunjung ke rumahnya. Amanda merupakan seorang murid baru, pindahan dari Jakarta. Feby ya

Teja Purnama, Sosok Penyair Kota Medan

(Catatan ini ditulis pada tahun 2012 oleh Alda Muhsi, Ferry Anggriawan, dan Sari Uli Octarina Panggabean semasa kuliah saat bertemu di Taman Budaya Sumut) Teja Purnama Lubis, lahir di Medan pada tanggal 19 Januari 1973. Anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Asmara Kusuma Lubis dan Rosmiati. Yang kini berdomisili di jalan Karya gang Suka Damai no. 5-H Kecamatan Medan Barat. Mempunyai tiga orang anak dengan istri Awalina Nasution. Modal awal menjadi seorang penyair baginya adalah membaca. Sewaktu kecil, kakek dan ayahnya banyak meninggalkan buku sastra lama. Setiap minggunya ia juga disuguhkan majalah anak-anak seperti Majalah Bobo. Ia pun tak menyangka pada akhirnya setelah memasuki SMP, ternyata ia mencintai dunia sastra. Hal itu terlihat bahwa pada masa SMP ia telah hobi membaca puisi. Hal ini juga berlanjut pada masa SMA hingga kuliah setiap perlombaan baca puisi ia pasti mendapatkan juara 1. Setelah membaca puisi, ia juga menyalurkan bakatnya lewat tulisan ka