Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2019

Urgensi Netralitas Media untuk Pemilu Damai

Artikel ini pertama kali dipublikasikan oleh Harian Analisa, Senin, 29 Oktober 2018. Oleh Alda Muhsi Pemilu yang akan berlangsung April 2019 sudah mulai memasuki babak penuh ketegangan. Bukan hanya sejak ditetapkannya nomor urut pasangan capres dan cawapres. Bahkan jauh sebelum itu peperangan sudah gencar-gencarnya dilakukan tim sukses kedua belah pihak. Isu-isu klasik kembali dipanaskan dan digoreng agar tetap renyah. Kemudian disajikan kepada khalayak, kepada masyarakat yang kelaparan akan informasi masing-masing paslon. Kekuatan terbesar paslon sebenarnya bukan berada pada sosok/figur itu sendiri. Justru sosok hanyalah semacam pajangan atau barang dagangan. Seberapa jitu teknik pemasaran akan semakin laris barang dagangan. Dan kekuatan untuk mengaplikasikan pemasaran yang jitu adalah media. Benar adanya, kekuatan terbesar dalam menjaring suara terbanyak adalah media massa. Maka tidak jarang banyak media yang condong kepada salah satu pasangan calon. Bukan tanpa alasan, ten

[PUISI] Di Antara Kita

Puisi ini pertama kali dipublikasikan oleh Harian Analisa, Rabu, 25 Juli 2018 Oleh Alda Muhsi /1 Di antara kita ada semacam bendungan membatasi tiap pandang kita terperangkap ruang memaksa diri diam dalam perenungan selalu risau kau idap dalam lelap gumam kerinduan terdengar seperti rengek anak-anak memintal dekapan ibu /2 Teriakmu menyatu dengan siang dan panas yang membuncah banjiri peluh di sekujur tubuh penantian sudah lelah dalam kehampaan adakah kau masih menyimpan kata-kata palsu di antara kita     /3 Di antara kita sudah tiada makna kau dengan sepi yang meraja sedang aku dengan diam yang menyiksa /4 Di antara kita di antara mata adakah kedipan yang membekas membayang rasa Obelia, Juli 2018

[CERPEN] Mencintai Tanpa Pertemuan

Cerpen ini pertama kali dipublikasikan oleh Harian Analisa, Minggu, 23 Desember 2018 Gambar: Epaper Analisa Oleh Alda Muhsi Segala yang ada dalam harapan adalah keniscayaan. Saat kita mengerahkan seluruh energi untuk mencapainya memang akan ada yang menghalang, seperti bebatuan yang menyakitkan tapak kaki, hingga dinding tinggi yang membuntukan jalan. Ketika mendapatinya apalagi yang bisa dilakukan? Bukankah perjalanan tetap harus dilanjutkan? Harapan itu sebentar lagi menjadi nyata. Kau memilih berhenti atau mencari jalan lain? Pagi-pagi sekali ponselku berdering. Ada yang mengirim pesan. Isinya kerinduan. “Tapi bagaimana mungkin kau rindu, sementara kita belum pernah bertemu.” “Pernahkah kau saksikan pertemuan laut dan langit? Lalu tiba-tiba saja ada hujan.” “Ah, kau ini pandai sekali berkilah.” “Entah apa yang kau buat, aku benar-benar rindu.” “Coba periksa hatimu, jangan-jangan rindumu salah alamat.” “Tidak, rinduku benar tertuju padamu.” “Atau barangkal

Menjaga Kualitas Air Danau Toba

Oleh Alda Muhsi* Artikel ini pertama kali dipublikasikan oleh Harian Analisa, Minggu, 16 Desember 2018 Gambar: Epaper Harian Analisa Danau Toba telah lama digadang-gadang akan menjadi Monaco Of Asia. Pendeklarasian rencana itu telah terdengar sejak pertengahan tahun 2016 lalu dan ditargetkan tuntas pada 2019. Untuk mewujudkan cita-cita itu banyak sekali yang harus dibenahi, selain memperindah kawasan dengan membuat infrastruktur yang layak, alternatif jalan yang cepat dan mudah dijangkau untuk mencapai destinasi, perlu juga diperhatikan kualitas air danau demi menjaga kenyamanan dan kesehatan para pengunjung ketika menceburkan diri di dalamnya. Hal yang menarik untuk diperhatikan adalah justru yang sangat sulit rasanya untuk dibenahi, yakni soal menjaga kualitas air agar tak tercemar. Sebagaimana dalam Perpres Nomor 81/2014 menetapkan Danau Toba sebagai perairan dengan kualitas baku mutu kelas satu. Di mana dijelaskan kemudian standar perairan dengan kualitas baku mutu k