Oleh: Alda Muhsi
Dunia maya tidak
terbendung. Beragam informasi dengan mudah dan cepat tersebar ke masyarakat
tanpa ada jaminan kebenaran dan keakuratannya. Hal ini diduga menjadi pemicu
terciptanya perang argumen di antara kubu-kubu yang tidak saling setuju. Dunia
maya menjadi semacam senjata ampuh untuk mencitrakan diri dan mematikan
karakter orang yang tidak disenangi. Dengan lebih singkat, dunia maya mampu
mendokrin tiap-tiap orang dengan bermacam pernyataan (baik yang benar maupun
yang keliru).
Meledaknya perpecahan
yang terjadi di dunia maya didominasi oleh perbedaan pandangan politik. Mulanya
kita katakanlah sejak Pilkada DKI beberapa waktu silam. Kemudian berlanjut
hingga sekarang, pilkada-pilkada daerah lain. Bahkan 2018-2019 ini akan menjadi
perangnya persaingan menuju pilpres.
Semakin berjalan dan
berkembang serangan dunia maya telah bergeser atau mendalam pula untuk
mempengaruhi paham seseorang. Hal ini berkaitan dengan prinsip hidup. Banyak
yang menitikberatkannya dengan penyebaran paham radikal. Penyebaran yang
dilakukan melalui jejaring sosial seperti instagram,
telegram, dan youtube.
Melihat survei yang dilakukan
oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2017
menunjukkan pengguna internet di indonesia mencapai 143,26 juta jiwa dari 262
juta populasi. Dan jika diklasifikasikan berdasarkan umur hasilnya menunjukkan sekitar
49,52 persen pengguna internet berada pada rentang umur 19-34 tahun. Data
inilah yang dimanfaatkan kelompok paham radikal untuk mendoktrinisasi
pemuda-pemuda di berbagai kalangan. Tujuannya untuk memaksakan pemikiran yang
mereka miliki agar dapat diterima di masyarakat luas.
Mengapa target utamanya
adalah para pemuda?
Generasi muda dianggap
rentan untuk direkrut, karena pada jiwa generasi muda kelompok paham radikal
mudah menyusupi ideologi yang mereka anut. Kecenderungan generasi muda yang
mudah untuk dihasut adalah mereka yang masih mencari identitas/ jati diri;
mereka yang selalu merasakan kesepian sehingga membutuhkan kebersamaan; mereka
yang ingin mengubah kondisi dengan cepat (berkaitan dengan kondisi sosial
kehidupan); mereka yang mencari sensasi dan kegagahan; serta mereka yang memang
menaruh simpati terhadap kelompok radikal (yang diikuti melalui dunia maya).
Inilah yang menjadi
alasan terbukanya peluang para kelompok paham radikal untuk menjaring generasi
muda. Dapat dikatakan kelompok paham radikal ini adalah kelompok yang sangat
pintar memanfaatkan keadaan. Begitu pula dengan kemudahan teknologi seperti
sekarang, mereka memilih menyebarkan propaganda-propaganda melalui dunia maya.
Bukan tanpa alasan, selain banyak penggunanya, dunia maya juga diyakini cepat
untuk menyebarkan informasi, akses yang mudah dan tidak ada kontrol atau
regulasi khusus mengenai aturan. Dan yang paling penting adalah akun yang
diciptakan bisa mencapai ribuan akun anonim.
Apa yang harus kita
lakukan? Bagaimana untuk mencegahnya? Haruskah kita pasrah dengan keadaan?
Hal pertama yang harus
kita lakukan adalah bijak menggunakan internet dan jadilah penduduk dunia maya
yang cerdas. Bekali dan bentengi diri dengan pengetahuan yang luas, dan jangan
coba-coba membuka/ membaca situs-situs yang berisi propaganda-propaganda
radikalisme. Sebab hal itu berpotensi membuka peluang bagi pikiran kita untuk
menerima pemikiran paham radikal tersebut.
Untuk membendung ribuan
situs paham radikal ini sulit rasanya jika hanya dengan memblokirnya. Sifatnya
yang sangat mudah tentu akan menimbulkan situs-situs baru yang lebih banyak
jumlahnya. Ibaratnya seperti memangkas rambut, tidak lama akan tumbuh lebih
banyak lagi.
Sebuah kebun tiba-tiba saja
ditumbuhi oleh bunga bangkai yang tidak kita harapkan, semakin kita ingin
membuangnya semakin pula baunya tersebar dan semakin cepat penggantinya tumbuh
kembali. Bagaimana cara yang dapat kita lakukan untuk membendungnya? Keadaan
seperti itu memberikan kita satu jalan terbaik, yakni dengan menanam
bunga-bunga yang harum dan indah dalam jumlah yang sangat banyak. Tujuannya
adalah untuk menutupi bunga-bunga bangkai yang menjadi racun tadi. Begitu pula
yang bisa kita lakukan untuk memerangi situs-situs kelompok radikal di dunia
maya. Langkahnya adalah dengan menyebarkan informasi-informasi mengenai
kebenaran untuk melawan informasi-informasi propaganda yang disampaikan
kelompok radikal.
Mencegah persoalan ini,
pemerintah pun melakukan tindakan. Melalui Badan Nasional Penanggulangan
Terorisme (BNPT) dibentuklah Duta Damai Dunia Maya yang bertugas untuk
menyebarkan pesan-pesan damai dan menciptakan kontra propaganda terhadap
isu-isu yang berbau SARA dan berita hoax
serta hate speech melalui situs-situs
website dan media sosial. Sejak pertama kali dibentuk tahun 2016 sampai sekarang
Duta Damai Dunia Maya telah tersebar di beberapa provinsi, antara lain Sumatera
Utara, Sulawesi Selatan, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Sumatera Barat, Kalimantan Selatan, dan Nusa Tenggara Barat. Untuk
jangka yang lebih panjang harapannya kegiatan-kegiatan Duta Damai untuk
mengedukasi masyarakat semakin terjadwal dengan dukungan instansi-instansi lain
seperti sosialisasi melalui radio, sosialisasi ke sekolah-sekolah, serta
memberdayakan relawan-relawan pengajar dari kampus ke kampus.
Sebagai penutup, yang perlu kita tanamkan dalam
diri yaitu radikalisme dan terorisme adalah
musuh besar kita bersama. Oleh karena itu mari hadapi dan habisi!
Komentar
Posting Komentar