Menulis dapat membuat kita bertemu dengan siapa saja. Tokoh idola, teman sehobi/seprofesi, dan orang-orang yang tidak kita kenal sebelumnya. Pertemuan itu cenderung terjadi pada keadaan yang tidak pernah kita duga. Seperti hari ini, aku bertemu dengan kawan-kawan mahasiswa Sastra Indonesia Unimed stambuk 2019.
Apa yang membuat pertemuan yang hanya direncanakan dalam 1 hari itu menjadi spesial?
Mereka mengingatkanku pada satu titik yang dulunya pernah kulewati. Mencari sesiapa penulis yang ada di kota ini untuk diwawancarai. Mereka ditugaskan untuk mendata dan menggali informasi dari sang narasumber dan kiprahnya dalam dunia kepenulisan. Entah itu nantinya sebagai konsumsi bersama ataupun pribadi, ya terserahlah.
Tugas semacam ini rutin dilakukan dalam beberapa tahun terakhir. Dan yang membuatku semakin senang adalah adanya kegiatan ini memungkinkan keberlangsungan regenerasi penulis menjadi terbuka.
Satu pertanyaan dahsyat yang masih kuingat yaitu: "Apa pesan dan motivasi abang untuk kami, mahasiswa yang ingin menjadi penulis ini?"
Aku tersenyum, bukan membayangkan sedang berada di tengah panggung dengan ribuan audiens. Senyum itu lebih kepada perasaan yang berkata 'aku hanyalah seorang penulis kacangan, bukan motivator ulung yang pandai berceramah'.
Tak lama, kupandang wajah mereka berempat yang masih menanti jawaban.
"Sebenarnya kita tidak perlu motivasi dari orang lain ketika ingin melakukan sesuatu. Motivasi terbaik dan terbesar ada dalam diri sendiri. Bangunlah ia dengan kokoh hingga tak ada yang bisa menghancurkan."
Teks oleh: Alda Muhsi
Apa yang membuat pertemuan yang hanya direncanakan dalam 1 hari itu menjadi spesial?
Mereka mengingatkanku pada satu titik yang dulunya pernah kulewati. Mencari sesiapa penulis yang ada di kota ini untuk diwawancarai. Mereka ditugaskan untuk mendata dan menggali informasi dari sang narasumber dan kiprahnya dalam dunia kepenulisan. Entah itu nantinya sebagai konsumsi bersama ataupun pribadi, ya terserahlah.
Tugas semacam ini rutin dilakukan dalam beberapa tahun terakhir. Dan yang membuatku semakin senang adalah adanya kegiatan ini memungkinkan keberlangsungan regenerasi penulis menjadi terbuka.
Satu pertanyaan dahsyat yang masih kuingat yaitu: "Apa pesan dan motivasi abang untuk kami, mahasiswa yang ingin menjadi penulis ini?"
Aku tersenyum, bukan membayangkan sedang berada di tengah panggung dengan ribuan audiens. Senyum itu lebih kepada perasaan yang berkata 'aku hanyalah seorang penulis kacangan, bukan motivator ulung yang pandai berceramah'.
Tak lama, kupandang wajah mereka berempat yang masih menanti jawaban.
"Sebenarnya kita tidak perlu motivasi dari orang lain ketika ingin melakukan sesuatu. Motivasi terbaik dan terbesar ada dalam diri sendiri. Bangunlah ia dengan kokoh hingga tak ada yang bisa menghancurkan."
Teks oleh: Alda Muhsi
Komentar
Posting Komentar