Langsung ke konten utama

Menelikung Pasar Tikung



Halo semuanya

Akhir pekan kemarin aku punya kesempatan untuk mengunjungi Pasar Tikung. Ya, Pasar dengan konsep pasar wisata pertama yang ada di kota Medan.

Mungkin banyak dari teman-teman yang sudah pernah berkunjung ke sana, ya kan? Kira-kira kesan apa yang didapat ya?

Oke. Jadi, kesempatan kemarin adalah kali kedua aku bertandang ke Pasar Tikung, setelah sebelumnya untuk mengisi sebuah acara. Bagi aku Pasar Tikung ini merupakan pasar yang komplet karena menyediakan segala kebutuhan. Bukan hanya kebutuhan primer sandang dan pangan, kebutuhan lainnya (sekunder dan tersier) pun lengkap.

Pasar ini dulunya Pajak Inpres. Seiring berjalannya waktu, dan dirasa perlu adanya pembenahan, atau revitalisasi bahasa kerennya, maka pihak PD Pasar menggaet perusahaan swasta untuk menata ulang dan memperbarui wajah pasar tersebut. Alhasil berdirilah bangunan megah seluas 4.700 meter persegi yang memiliki 3 lantai ditambah basement untuk parkir dan rooftop yang akan dijadikan food market.

Wow, luas sekali bukan, untuk ukuran yang namanya pasar!!


Mari mulai menelikung dari lantai 1. Di sini tempatnya pasar tradisional. Terdapat 219 stan dan 170 unit kios. Lapak di mana segala kebutuhan dapur tersedia. Sayur-mayur, lauk-pauk yang segar, sembako, dan lain sebagainya. Tempat ini pastilah menjadi kebanggaan emak-emak.

Kita lanjut ke lantai 2. Di sini tempatnya pasar modern. Terdapat 183 unit kios yang menjajakan barang-barang fashion, baju, kain, sepatu, handphone, kosmetik, pernak-pernik, dan sebagainya. Dan yang sedang eksis adalah adanya food walk (jajanan pasar) berjejer di sisi kiri dan kanan bagian depan. Di sana ada soto, sop, pecal, mi goreng, nasi goreng, rujak, tahu goreng, gado-gado, nasi uduk, lontong, nasi ayam, mi sop, bakso urat, kebab, burger, salad buah, dimsum, kentang goreng, risol, nagasari, donat, telur ayam, bandrek, jus, boba, kopi, thai tea, dan aneka makanan dan minuman lainnya.


Lantai 3. Di sinilah lapak pasar wisata itu. Terdapat 160 unit kios. Aku sempat bertanya kenapa disebut pasar wisata. Jawabannya karena di sinilah produk-produk pariwisata Sumatera Utara dipamerkan, ada kerajinan tangan (suvenir) juga makanan dan minuman khas sebagai oleh-oleh. Bisa dibilang di lantai 3 ini berisi usaha-usaha milik UKM.

Nah, di lantai 3 ini juga ada tempat bermain untuk anak-anak. Jadi ketika anak mulai bosan, tapi emak masih pengen belanja atau cuci mata, jangan khawatir, antarkan saja anak ke playground. Hanya dengan 10 ribu anak-anak dijamin bakalan senang. Hehehe.


Selain ada playground untuk anak-anak, di lantai 3 ini juga terdapat ruang kosong untuk mengadakan acara, seperti kunjungan pertama aku kemarin, acaranya dilaksanakan di lantai 3, persis di samping playground. Beberapa minggu yang lalu juga ada kompetisi mobile legend di sana hehe.


Nah, di rooftop nantinya akan kita temukan Cabana Food Market yang berisi restoran dan kafe modern. Dengan view Medan Johor yang menawan. Memang sih, area ini belum 100 persen selesai dan beroperasi. Tapi membayangkannya saja sudah tergambar betapa kerennya nanti.

Capek juga rasanya keliling Pasar Tikung yang luas ini. Tapi untungnya akses naik turun lantainya bukan hanya dengan tangga dan ramp, ada lift yang menolong agar tenaga tak terkuras. Pokoknya Pasar Tikung ini pasar yang sangat komplet. Lokasinya yang dekat dan strategis juga menambah kenyamanan bagi pengunjung. Letaknya di Jalan Brigjend Zein Hamid, 50 meter dari simpang underpass Titi Kuning.

Oiya, hampir lupa, bagi teman-teman yang ingin buka usaha di Pasar Tikung masih terbuka peluang dan kesempatan loh. Ayo segera hubungi narahubungnya di nomor: 0811-604-7711.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Syarat Pindah Alamat Berlangganan Indihome

sumber: google   Masa kontrakan habis, mau pindah ke kontrakan baru, tapi gimana dengan layanan indihome yang sudah terpasang? Tentu saja kita ingin memindahkan perangkat tanpa harus ada embel-embel pasang baru agar terhindar dari biaya pasang yang bernilai Rp 150.000,00 (seratus lima puluh ribu rupiah). Itulah kemauan kita, tapi berbeda dengan aturan yang ditetapkan oleh pihak Telkom. Kejadian itu menimpa saya. Beberapa hari yang lalu saya berkunjung ke Plaza Telkom Jalan Putri Hijau Medan dengan tujuan untuk memindahkan perangkat i ndihome saya dari kontrakan lama ke kontrakan baru. Setelah naik ke lantai 2 (kantor pelayanan) saya mengantre beberapa saat, tidak pakai selembaran kertas nomor antrean, katanya mereka pakai sistem digital, pelanggan hanya dipotret, dan nanti tiba gilirannya CS akan menghampiri (sebuah inovasi pelayanan dan langkah bijak untuk menghemat pemakaian kertas). Tiba giliran saya untuk mengadu persoalan saya. Namun, jawaban sang CS tidak bisa menenteramkan hati,

[CERPEN ANAK] PR Feby

Akhirnya Redaktur Taman Riang Harian Analisa berkenan kembali mempublikasikan cerpen anak saya. Cerpen ini saya kirim bulan Oktober 2017 dan baru diterbitkan edisi Minggu, 7 Januari 2018.  Terima kasih saya haturkan, dan semoga berkenan menerbitkan cerpen-cerpen selanjutnya. Hehehe... Ayo menulis cerita anak untuk menyelamatkan anak-anak dari serangan game online dan medsos yang melumpuhkan akal. Ilustrasi: Analisa Oleh Alda Muhsi Feby merupakan murid kelas 2 sekolah dasar di SD Negeri 011. Setiap hari gurunya selalu memberikan PR dengan alasan untuk melatih daya ingat, dan membiasakan agar murid-muridnya rajin belajar. Dalam kelasnya, Feby termasuk murid yang rajin mengerjakan PR. Tak pernah sekalipun ia luput dari PR-nya. Feby telah dibiasakan orang tuanya agar sepulang sekolah harus menyelesaikan PR. Berbeda dari biasanya, hari ini sepulang sekolah Feby diajak Amanda untuk berkunjung ke rumahnya. Amanda merupakan seorang murid baru, pindahan dari Jakarta. Feby ya

Teja Purnama, Sosok Penyair Kota Medan

(Catatan ini ditulis pada tahun 2012 oleh Alda Muhsi, Ferry Anggriawan, dan Sari Uli Octarina Panggabean semasa kuliah saat bertemu di Taman Budaya Sumut) Teja Purnama Lubis, lahir di Medan pada tanggal 19 Januari 1973. Anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Asmara Kusuma Lubis dan Rosmiati. Yang kini berdomisili di jalan Karya gang Suka Damai no. 5-H Kecamatan Medan Barat. Mempunyai tiga orang anak dengan istri Awalina Nasution. Modal awal menjadi seorang penyair baginya adalah membaca. Sewaktu kecil, kakek dan ayahnya banyak meninggalkan buku sastra lama. Setiap minggunya ia juga disuguhkan majalah anak-anak seperti Majalah Bobo. Ia pun tak menyangka pada akhirnya setelah memasuki SMP, ternyata ia mencintai dunia sastra. Hal itu terlihat bahwa pada masa SMP ia telah hobi membaca puisi. Hal ini juga berlanjut pada masa SMA hingga kuliah setiap perlombaan baca puisi ia pasti mendapatkan juara 1. Setelah membaca puisi, ia juga menyalurkan bakatnya lewat tulisan ka