Oleh: Alda Muhsi Membaca teks sastra bagi saya tujuannya bukan hanya untuk mencapai kepuasan batin. Ada harapan untuk mendapatkan informasi baru atau informasi dengan sudut pandang lain yang belum saya ketahui sebelumnya. Kedua hal di atas saya dapatkan secara lengkap ketika membaca Kumpulan Cerpen Seribu Kunang-Kunang di Manhattan ini. Oleh karena itulah saya sangat senang membacanya, apalagi saya adalah pembaca baru “Umar Kayam”. Ada perasaan menyesal kenapa baru sekarang membacanya, coba dari dulu! Ya tapi segala yang terjadi pasti dengan alasan dan waktu yang tepat. Menurut pembacaan saya yang singkat, dalam buku ini Umar Kayam menggunakan gaya ungkap apa adanya. Terkesan polos dengan memakai bahasa sehari-hari. Mungkin ini menjadi salah satu faktor pembaca begitu menikmatinya. Beliau memang mengangkat latar cerita yang jauh (Amerika), namun konflik dan gaya bahasa yang dituliskankannya menjadikan cerita-cerita dalam buku ini seolah tidak berjarak. Dalam kesederhanaan gaya
Jurnal Alda
Setiap pikiran akan lebih bermakna jika dituliskan.