Langsung ke konten utama

Postingan

Tips Menulis Cerita yang Bagus

Postingan terbaru

Ulasan Seribu Kunang-Kunang di Manhattan karya Umar Kayam

  Oleh: Alda Muhsi Membaca teks sastra bagi saya tujuannya bukan hanya untuk mencapai kepuasan batin. Ada harapan untuk mendapatkan informasi baru atau informasi dengan sudut pandang lain yang belum saya ketahui sebelumnya. Kedua hal di atas saya dapatkan secara lengkap ketika membaca Kumpulan Cerpen Seribu Kunang-Kunang di Manhattan ini. Oleh karena itulah saya sangat senang membacanya, apalagi saya adalah pembaca baru “Umar Kayam”. Ada perasaan menyesal kenapa baru sekarang membacanya, coba dari dulu! Ya tapi segala yang terjadi pasti dengan alasan dan waktu yang tepat. Menurut pembacaan saya yang singkat, dalam buku ini Umar Kayam menggunakan gaya ungkap apa adanya. Terkesan polos dengan memakai bahasa sehari-hari. Mungkin ini menjadi salah satu faktor pembaca begitu menikmatinya. Beliau memang mengangkat latar cerita yang jauh (Amerika), namun konflik dan gaya bahasa yang dituliskankannya menjadikan cerita-cerita dalam buku ini seolah tidak berjarak. Dalam kesederhanaan gaya

Ulasan Kumpulan Cerpen Sampan Zulaiha Karya Hasan Al Banna

Oleh: Alda Muhsi   Antologi Cerpen Sampan Zulaiha karya Hasan Al Banna memuat 14 cerpen yang keseluruhannya telah dimuat di berbagai media. Antara lain: Kompas, Suara Merdeka, Analisa, Andalas, Majalah Tapian, Waspada, Majalah Horison, dan Jurnal Cerpen Indonesia. Kalau boleh merangkum keempatbelas cerpen tersebut, rata-rata menceritakan persoalan kehidupan rumah tangga yang pelik, beredar di sekitar kita, terasa dekat, namun tidak klise dan hambar karena dihuni oleh tokoh-tokoh yang berkarakter kuat dan gaya bercerita (pilihan kata dan gaya ungkap) yang sangat indah. Ada yang bilang seperti bahasa puisi. Tapi memang begitulah sastra, teks yang berisi nilai-nilai kehidupan yang luhur yang disajikan dengan bahasa estetis. sehingga dengan membacanya para pembaca mendapat pengetahuan dan pemahaman baru (lain) dalam menjalani kehidupan yang fana ini. Kelebihan lain atau bisa dikatakan ciri khas dari antologi cerpen ini adalah tema yang diusung, yaitu perihal lokalitas. Hasan Al Banna tidak

Catatan Setelah Membaca Roman "Salah Asuhan"

Bacalah Salah Asuhan Agar Tak Salah Asuh Membaca karya-karya roman karangan para penulis angkatan Balai Pustaka membuat kita mengerti bahwa sastra berfungsi sebagai sarana pendidikan/pembelajaran hidup bagi pembaca. Hal itu kentara sekali kita peroleh apabila kiranya kita meresapi kata demi kata yang tertuang di dalam cerita. Tidak pula bisa ditampik dalam roman Salah Asuhan ciptaan Abdoel Moeis ini. Bercerita tentang seorang Pemuda Indonesia (Bumiputra) yang ingin berpindah bangsa/warga negara karena telah terpatri dalam hatinya derajat bumiputra jauh di bawah golongan bangsa barat dari segala sisi. Pemuda itu juga mencintai perempuan Eropa, keturunan Perancis (Ayahnya) dan Indonesia (Ibunya). Keduanya saling mencintai, tapi terhalang suku bangsa tadi, yang mengakibatkan konflik di keluarga masing-masing. Istilah yang dipakai "perkawinan campuran". Berakar dari perbedaan suku bangsa inilah cerita berkembang. Secara keseluruhan pesan yang ingin disampaikan roman ini sang

Ulasan Roman "Kalau Tak Untung" Karya Selasih

  Foto: Koleksi Pribadi   Menyenangkan sekali membaca karya sastra klasik, salah satunya roman Kalau Tak Untung karya Selasih ini. Ada kenikmatan yang tidak bisa digantikan apabila kita bandingkan dengan karya sastra era sekarang. Salah satunya adalah teknik pengarang menarasikan cerita dan mengemukakan dialog. Terdapat kalimat-kalimat kiasan yang berlaku sebagai nasihat atau petuah pada masa itu. Pengarang sangat pandai meramu pepatah-pepatah itu dan menghadirkannya dalam cerita sehingga tidak ada kesan keterpaksaan, singkatnya "klop". Membacanya bagai menemukan harta karun yang terpendam dalam tanah ratusan bahkan ribuan tahun lamanya. Sangat indah, penuh makna dan sebuah pelajaran penting bagi pembaca. Menjadi pengingat bahwa bangsa kita memiliki bahasa ataupun peribahasa yang sangat kaya, yang lahir dari daerah masing-masing. Kalau Tak Untung berlatar Sumatera Barat, tentu yang banyak tersaji adalah petuah-petuah Minang yang dapat dipedomani hingga sekarang. Konflik ceri

(CERPEN) Mencari Ayah di Ibu Kota

Cerpen ini pertama kali dipublikasikan oleh Harian Rakyat Sumbar, Sabtu, 9 Januari 2021 Mencari Ayah di Ibu Kota Oleh: Alda Muhsi     Tangis menderas menghantam pualam pipi Uli yang tak miliki bendungan. Kulitnya yang mulus dan bentuknya yang tirus membuat air kepedihan itu jatuh menetes-netes di lantai sejauh langkahnya menjejak dari daun pintu menuju kamar tidur. Ibunya yang menyaksikan merajut wajah cemas sembari mengikuti laju tubuhnya. “Kenapa kau, Boru 1 ?” Uli tidak menjawab, mulutnya terkunci lantaran menahan perih. “Apa yang membuatmu begini? Katakanlah.” Tak tega pula ia melihat ibunya menunggu jawaban, tapi tak kuasa ia bercerita. Baru saja ingin menyampaikan sebuah kalimat, banjir luruh menerjang dadanya yang sesak. Ibunya seolah paham, menunda menagih muasal kesedihan yang mendera anak gadisnya. Ia segera meraih tubuh yang lemah dan basah itu untuk bertengger di dadanya yang ringkih. Sambil mengelus-elus punggung gadisnya yang pilu, ia pun mendesiskan rayuan