Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2020

Mudahnya Urus Akta Kelahiran di Disdukcapil Medan. Ini Syarat-syaratnya!

Ini adalah pengalaman pribadi. Sebenarnya malas juga berurusan dengan birokrasi pemerintah, tapi mau bagaimana lagi, administrasi memang harus dilengkapi. Waktu itu Kaliandra berusia sekitar 40 hari, kami pernah dengar juga sih, kalau urus akta kelahiran ketika usia bayi berumur lebih dari 60 hari akan banyak syarat tambahan. Makanya ketika umur 40 hari itu kami sibuk memikirkan Kaliandra harus segera punya akta kelahiran. Sebagai warga yang taat tentu saja kami menjumpai Kepling terlebih dahulu. Namun alangkah terkejutnya ketika biaya yang diminta sangat fantastis, kalau tidak salah 250 ribu untuk akta kelahiran, dan 150 ribu untuk pergantian kartu keluarga. Wow... luar biasa bukan! Akhirnya mundur perlahan, sambil berdoa semoga ada jalan keluar. Dan betul saja, saat itu terlihatlah Whatsapp Story seorang teman yang mengatakan mudahnya mengurus administrasi di Disdukcapil Kota Medan. Segalanya serba gratis dan dipandu oleh petugas yang jaga. Tidak ada calo-caloan, tidak a

Catatan Kecil Setelah Membaca Novel Sirkus Pohon

Judul : Sirkus Pohon (Novel) Penulis : Andrea Hirata Penerbit : Bentang Cetakan : Cetakan II, September 2017 Tebal : xiv + 383 Halaman ISBN : 978-602-291-409-9 Buku ini mulai saya baca pada 4 Maret 2020 sebagai teman perjalanan panjang. Ya begitulah kiranya, buku memang selalu jadi teman setia dalam segala perjalanan. Dan pada hari ini Sirkus Pohon baru saja saya khatamkan. Duh, lama sekali bukan? Melihat nama besar seorang pengarang tentu membuat para pembaca maupun calon pembaca tidak akan meragukan kualitas karyanya. Begitu juga dengan buku ini. Siapa yang tak kenal dengan sosok Andrea Hirata, penulis yang tenar ke seluruh dunia berkat masterpiece-nya, Laskar Pelangi. Lalu bagaimana dengan Sirkus Pohon? Nah, seperti biasa, ada beberapa catatan yang saya buat setelah saya menamatkan membaca sebuah buku/novel. Kali ini catatannya tidak begitu panjang dan menawan. Jadi mari langsung saja. Catatan pertama, jangan berharap terlalu jauh terhadap nama besar pengarang. Nyata

Menjamu Mahasiswa FKIP UMSU

Hari ini saya kedatangan tamu. Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP UMSU semester 8. Mata kuliah Kreativitas Sastra yang menggiring langkah mereka menuju saya. Mau wawancara, katanya. Perihal cara kreatif menulis cerita pendek. Untunglah mereka tak salah alamat. Sekitar jam 11.50 waktu setempat kelima kawanan mahasiswa ini tiba. Awalnya mereka sungkan, mungkin karena saya sedang menggendong Kaliandra. Setelah tiga kali saya persilakan masuk sembari membuka pintu lebar-lebar maka mulailah mereka melangkah maju. Tak banyak pertanyaan. Tak banyak pula yang terhidang di atas meja. Seceret air putih ala kadarnya. Langkah-langkah menemukan ide, cerpen-cerpen yang sudah ditulis, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menulis sebuah cerpen, kendala apa saja yang dihadapi seorang penulis dan bagaimana jalan keluarnya, serta tips menulis cerpen. Diskusi kami tak lari dari bahasan-bahasan di atas. Dan tentu saja saya tidak akan memaparkan jawaban-jawabannya semua di sini. Sengaja

Ulasan M. Ikhsan Ritonga Terhadap Kumpulan Cerpen Yang Lahir Hilang Menangis

Judul       : Yang Lahir Hilang Menangis Penulis   : Alda Muhsi Penerbit : Obelia Cetakan  : Cetakan I, November 2019 Tebal       : 111 hal ISBN        : 9786025951503 Kumpulan cerita pendek yang terhimpun dalam “Yang Lahir Hilang Menangis” merupakan cerpen-cerpen yang ditulis oleh Alda Muhsi. Seorang penulis muda yang berasal dari kota Medan. Kumpulan cerpen ini mengangkat tema-tema yang sangat menarik, dan diambil dari sudut pandang yang berbeda. Terdapat dua belas cerpen yang berbeda, tentunya memiliki karakteristik sendiri. Diantaranya adalah Yang Lahir dari Kegelapan, Hilang, Yang Menangis di Balik Pelaminan, Penjara, Dana Pinjaman, Halte, Monumen Petani, Mediasi, Pengetik, Nadi Tuhan, Kematian, Perayaan Kematian. Yang Menangis di Balik Pelaminan merupakan salah satu cerpen yang mengangkat tentang efek modernisasi di pesta pernikahan seorang wanita berdarah Aceh. Ayahnya yang ingin melaksanakan persepsi pernikahan puterinya dengan serangkaian budaya aceh, dan nuansa pe

Menelikung Pasar Tikung

Halo semuanya Akhir pekan kemarin aku punya kesempatan untuk mengunjungi Pasar Tikung. Ya, Pasar dengan konsep pasar wisata pertama yang ada di kota Medan. Mungkin banyak dari teman-teman yang sudah pernah berkunjung ke sana, ya kan? Kira-kira kesan apa yang didapat ya? Oke. Jadi, kesempatan kemarin adalah kali kedua aku bertandang ke Pasar Tikung, setelah sebelumnya untuk mengisi sebuah acara. Bagi aku Pasar Tikung ini merupakan pasar yang komplet karena menyediakan segala kebutuhan. Bukan hanya kebutuhan primer sandang dan pangan, kebutuhan lainnya (sekunder dan tersier) pun lengkap. Pasar ini dulunya Pajak Inpres. Seiring berjalannya waktu, dan dirasa perlu adanya pembenahan, atau revitalisasi bahasa kerennya, maka pihak PD Pasar menggaet perusahaan swasta untuk menata ulang dan memperbarui wajah pasar tersebut. Alhasil berdirilah bangunan megah seluas 4.700 meter persegi yang memiliki 3 lantai ditambah basement untuk parkir dan rooftop yang akan dijadikan food market